Pernahkah kamu melakukan sesuatu hal yang tidak umum dilakukan. Atau melakukan sesuatu yang dianggap melanggar aturan. Seratus persen kita pasti pernah entah itu dilakukan secara sadar atau tidak.
Dari kecil, kita selalu diajarkan bahwa melanggar peraturan adalah sesuatu yang buruk. Kebanyakan dari kita tumbuh menjadi orang dewasa yang memegang erat nilai ini. Kita takut melanggar peraturan, dan kita pun memandang rendah orang-orang yang melakukannya. Misalnya, siswa yang datang terlambat akan diberi hukuman, siswa yang tidak mengerjakan PR akan dicap buruk oleh guru atau karyawan yang diberi tugas untuk melakukan pekerjaannya namun menggunakan caranya sendiri untuk mencapai target perusahaan kemudian dievaluasi oleh atasannya. Untuk dua contoh pertama memang peraturan pendidikan yang memang wajib untuk dilaksanakan, namun contoh terakhir sepertinya sah-sah saja asal cara yang digunakan tidak merugikan siapapun baik orang lain maupun perusahaan sendiri.
Peraturan dibuat untuk mengatur kehidupan bersama di dalam suatu lingkungan seperti lingkungan kerja, masyarakat, sekolah, atau bahkan di dalam rumah. Aturan diperlukan agar semua anggota bisa hidup berdampingan dengan nyaman. Meski demikian, ada juga orang-orang yang menganut bahwa 'aturan ada untuk dilanggar', banyak orang yang memang tidak bisa hidup dengan menuruti aturan yang ada dan punya aturan mainnya sendiri.
Orang yang senang memberontak biasanya disebut dengan "Rebel".
Apa itu Rebel?
Rebel atau pemberontak adalah orang-orang yang menyimpang dalam berbagai bidang, tetapi dalam hal yang positif dan konstruktif. Mereka menentang norma-norma yang sudah ada dan melakukan hal-hal yang membuat mereka berbeda dari kebanyakan orang. Sifat pemberontak sendiri identik dengan berani melawan aturan yang dirasa tidak adil. Seorang pemberontak bukan berarti dia melanggar hukum dan mendapat masalah hukum. Namun, mereka adalah orang yang punya karakter tertentu dan karena karakter itu, memungkinkan mereka untuk menjadi pemberontak dalam hal komunikasi, kehidupan dan pekerjaan yang mereka lakukan. Berani beda singkatnya.
Kita umumnya menganggap mereka sebagai pembuat onar, pelawan, orang yang menyulitkan keputusan dan tidak setuju saat mayoritas orang sepakat. Tetapi sebenarnya, pemberontak juga termasuk orang di antara kita yang dapat mengubah dunia menjadi lebih baik dengan pandangan mereka yang tidak konvensional. Tidak itu-itu saja.
Pada dasarnya manusia memiliki sifat alami untuk memberontak, namun tak semua berani mengutarakannya atau bertindak melawan aturan yang ada. Nah, bagaimana kalau sekarang dibalik, bahwa melanggar peraturan itu penting? Menurut penulis buku Rebel Talent, Francesca Gino, menjadi seorang "Rebel" di dunia pekerjaan itu justru memberi kita berbagai keuntungan. Kita hidup di masa penuh gejolak, era teknologi digital yang mengubah sistem secara global, ketika persaingan sangat ketat, reputasi dengan mudah ternodai di media sosial, dan dunia lebih terpecah daripada sebelumnya. Dalam lingkungan yang keras ini, menumbuhkan bakat pemberontak dalam diri seseorang bisa saja dibutuhkan dalam dunia bisnis untuk berkembang dan menjadi paling diakui.
Saya setuju kalau orang yang bersifat pemberontak cenderung berpikir kreatif dan tidak kolot. Mereka ini berani mendobrak aturan demi melahirkan terobosan baru. Namun, yang pasti tidak semua lingkungan kerja menerima seorang Rebel. Lingkungan kerja seringkali menuntut kita untuk berkompetensi memberikan performa terbaik di antara rekan-rekan kerja dan dalam prosesnya membuat kita harus berani berbeda. Hal itu, tidak serta merta menghapuskan sisi negatif dari sifat pemberontak yang kita punya. Akibatnya, orang yang dikenal sebagai sosok Rebel biasanya tidak disukai bahkan dimusuhi oleh orang-orang sekitar.
Bagi seorang Rebel, menjadi pemberontak bukan hanya tentang berani berbeda dari orang kebanyakan, tapi seorang Rebel harus punya jati diri dan membuat orang lain menyadari dan mengakui kita. Kamu bisa mengambil sudut pandang ini untuk menjadi seorang Rebel yang orisinil, bukan cuma asal memberontak saja.