Beberapa waktu yang lalu, saya dibuat kecewa oleh salah seorang karib saya. Lagi lagi masalahnya masih sama tentang tanggung jawab.
Meminjam barang teman adalah lumrah apalagi untuk kita yang ada di perantauan pasti tidak lepas dari kegiatan pinjam-meminjam, sekalipun yang dipinjam tersebut sangat bersifat pribadi.
Ketika kita meminjamkan sesuatu, secara tak sadar kita telah membangun hubungan emosional dengan mereka yang kita pinjami karena kita telah menaruh kepercayaan pada orang itu. Tapi ya, masih ada saja yang dengan niat atau tanpa niat menodai kepercayaan itu.
Sekali lagi, ini bukan masalah barangmu kembali atau tidak, kita diganti atau tidak tapi lebih ke perasaanmu ketika orang yang kita percayai ternyata menyepelekan kepercayaanmu. Sepele memang, karena dengan melihat dan mengingat kebaikannya yang lain, mengingat bagaimana kalian berteman maka rasa kecewa itu menguap begitu saja. Bukankah memang begitu arti adanya teman?
Melupakan dan memaafkan adalah solusi yang terbaik. Tetapi membuatnya menjadi saling menguntungkan kenapa tidak? Selain menjaga hubungan juga mengeliminasi kesalahpahaman. Si yang meminjamkan memafkan dan sang peminjam juga harus sadar. Kalau Eka Kurniawan berprosa dalam salah satu novelnya, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, maka tidak salah kalau layaknya hutang, tanggungjawab juga harus dibayar tuntas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H