Anak adalah aset paling berharga dari suatu negara. Mereka adalah bibit bangsa yang perlu dididik dan dibimbing agar kelak cakap dan tanggap menjadi tonggak penerus perjuangan para generasi tua. Wawasan intelektual, pengalaman kehidupan, serta jiwa cinta tanah air harus ditanamkan sejak masa pertumbuhan. Inilah tugas orang tua, tugas para pendidik bangsa sebagai cacatan penting dan intim berdasarkan cita-cita negara di masa depan.
Jum'at (28/12/2019) siang hari, kami menginjakkan kaki di bumi Krebet Senggrong, nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Memiliki tiga dusun bernama Krapyak Jaya, Demang Jaya dan Taruna Jaya. Disinilah, akan tumbuh cerita menarik yang akan kami gali bersama sebagai pengalaman pertama kami mengabdi selama 30 hari kedepan. Bersama dua tim yang telah dibentuk LP2M beranggotakan 24 orang dari kelompok 80 dan 217 untuk menyatukan misi, visi dan toleransi. Tim terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan dusun yang ada di desa tersebut. masing-masing dari kami beranggotakan dari divisi pendidikan keagamaan, kesehatan, dan ekonomi TTG. Disitulah kami menyatukan tangan bersinergi membangun sebuah gerakan anak desa peduli pendidikan. Setiap divisi memiliki tiga program kerja unggulan. Diantaranya dari divisi pendidikan keagamaan yaitu program TPQ (Taman Pembelajaran al- Qur'an), Kegiatan Bimbingan Belajar (Bimbel), dan Taman Baca. Dibawah ini akan dipaparkan secara ringkas dan rinci gambaran dari program diatas.
Pertama adalah program TPQ. Kami mengambil lembaga-lembaga TPQ di desa tersebut baik yang sudah berlembaga maupun tahap merintis. Di TPQ ini ada sekitar delapan tempat yang menurut pandangan kami masih sangat memerlukan bantuan khususnya tenaga pengajar. Kapasitas siswa yang membludak dengan tenaga pengajar yang minim tentu akan menyulitkan kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Jadi, kami berinisiatif menawarkan bantuan kepada asatidz yang bersangkutan. Hal tersebut mendapatkan respon positif. Mereka membuka tangan lebar-lebar menyambut kami. Gelak semangat hari pertama dan seterusnya di TPQ Nurul Hidayah tergambar jelas dari raut lugu anak-anak TPQ.
Disana, kami tidak hanya mengajar iqro' dan al-Qur'an, akan tetapi memberikan jeda pembelajaran dengan bahasa Arab, tajwid dan bercerita nabi serta kisah inspiratif lainnya agar tidak cepat bosan. Anak-anak TPQ yang belajar mencakup berbagai jenjang pendidikan, mulai dari PAUD-SMP bahkan ada yang SMA. Mereka tidak pernah memandang sebelah mata antar satu teman dengan yang lainnya, karena kemampuan menangkap pemahaman yang mereka miliki memang berbeda-beda. Ada yang kelas 3 SD telah menghafal juz amma, ada yang kelas 1 SD sudah al-Qur'an dan ada juga yang SMP masih baru khatam iqro'. Poin pentingnya adalah anak-anak tersebut selalu giat berlomba meskipun harus menelan pahitnya menimba ilmu.
Kedua adalah Bimbingan Belajar (Bimbel) di Panti Asuhan. Sebelumnya, kami tidak tahu-menahu akan mengambil tempat disitu. Berawal dari Bapak Kepala Desa (Kades) di hari ketika kami bersilaturrahmi ke kediamannya, beliau langsung mengajak kami untuk mengikuti acara "Pelatihan Perawatan Jenazah" yang bertempat di Panti Asuhan Taslimiyyah. Sesampainya disana kami disambut hangat oleh para hadirin dan segenap perangkat desa yang hadir.
Setelah acara selesai, kami dikumpulkan oleh pengasuh panti untuk dijamu. Sembari berbincang ringan, ternyata dari pihak panti akan sangat berterimakasih jika kami ikut berbagi ilmu disana. Akhirnya, sepulang dari sana kami berdiskusi bersama untuk memutuskan hal tersebut. Hasilnya, kami menyepakati hal tersebut untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada adik-adik panti.
Setelah sowan dan meminta pertimbangan bagaimana baiknya kegiatan yang akan kita laksanakan nanti, Pak Fairuz (pengasuh panti) meminta kami untuk mengajar beberapa mata pelajaran saja yang menurut beliau masih sangat dibutuhkan oleh mereka seperti matematika, bahasa Inggris dan bahasa Arab.
Waktu yang ditetapkan adalah senin s/d kamis ba'da isya bertempat di aula bawah. Ruangan tersebut jika dijadikan kelas sebenarnya tidak cukup efektif, dikarenakan penduduk panti mengenyam pendidikan yang berbeda, mulai dari PAUD-SMA. Berhubung tidak ada ruangan lain yang bisa digunakan untuk pemetakan, akhirnya pusat pembelajaran tidak berubah hanya saja ada sekat yang memungkinkan mereka tidak tercampur baur selama pembelajaran.
Kami memulai KBM pada tanggal 10 Januari 2019. Mereka menyambut kami dengan raut antusias. Sebelum memasuki aula mereka telah rapi berjejer di depan untuk bersalaman, senyum yang merekah tersungging dari wajah mungil mereka. Rasa ragu kami seketika melebur, yang ada hanya rasa semangat dan tidak sabar berkenalan, berbagi cerita dengan mereka. Hari pertama, kami belajar bahasa Arab untuk jenjang SMA. Sebagian dari mereka memang menempuh pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama, meskipun ada juga beberapa yang dari SMK.
Namun, hal tersebut tidak membuat mereka pesimis untuk belajar. Kami mulai dengan perkenalan berbahasa Arab. Awalnya mereka malu-malu, setelah diberikan contoh kemudian mengikuti akhirnya perlahan mereka mau membaca meskipun sedikit ragu. Hari selanjutnya, kami mengajar jenjang yang berbeda. kami mengajari lagu-lagu berbahasa Arab, ungkapan-ungkapan sehari-hari, mufrodat, dan kata-kata mutiara. Mereka sangat menikmatinya, berawal dari rasa yang asing menjadi menarik untuk terus disenandungkan.