Lihat ke Halaman Asli

Amila K.

Cappucino latte

Bumiku Meninggal

Diperbarui: 21 Agustus 2018   11:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

creaactividad.blogspot.com

Bumiku menangis. Lautanku mengering. Tanah berpijak tak lagi layak. Gerongan demi gerongan sengaja ditanam. Rerumputan hijau meninggal dunia.

Bumiku meraung. Langit menyeru. Udara panas. Polusi si pembunuh itu. Mulai merayap menekik leher pelintas roda jalanan. Mereka murka.

Bumiku mengemis. Minta dikembalikan. Minta dibersihkan. Minta disterilisasi ulang. Minta tumbuh subur tanpa hama disekitar. Langit teriris.

Bumiku malang. Nyaris punah. Nyaris pindah rumah. Mengakhiri usia tidak berguna. Diplokoto hingga lupa dirinya menua. Bertahan gagah.

Bumiku, maafkanlah. Hanya mentari ufuk barat yang peduli. Menjemputmu menyerahkan diri. Mereka menunggu. Kapan kamu mati.

Biarkan saja. Hanyut dalam emosi. Sedang kau pergi. Akan bergegas dicari.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline