Lihat ke Halaman Asli

Inilah Tarim; Ibu Kota Kebudayaan Islam 2010

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ibu Kota Spiritual

Sederhana, mungkin itulah ungkapan yang pas mendekripsikan bagaimana Tarim. Anda jangan pernah membayangkan Tarim sebagai sebuah kota metropolitan yang jalanannya macet, lalu lintasnya ramai dengan klakson kendaraan, gedung pencakar langit di sana-sini, serta jenis kemewahan lainnya. Tarim tidak seperti Kairo, Dhoha, atau Sana’a.

Di kota asal muasal kakek moyang Wali Songo ini, pemukiman penduduk masih didominasi oleh  rumah-rumah yang terbuat dari tanah liat yang dikeringkan. Banyak rumah yang jika dilihat dari luar, konstruksi bangunannya nyaris seperti tembok lapuh yang hampir roboh. Aromanya begitu klasik. Dari data yang saya telusuri, diantara rumah tanah itu ada yang kini usianya telah mencapai tiga abad.

(Tentang bagaimana seluk beluk rumah tanah ini, akan saya khususkan di catatan tersendiri. Insya Allah).

“Di Tarim, saya selalu mengingat akhirat,” ungkap Michels, santri muallaf asal Argentina saat sambutan perpisahan Daurah Ramadhan di Ma’had Darul Mushtafa tahun lalu, dengan mata berkaca-kaca.

Ya. Tarim memang oase hati bagi para penempuh lorong tazkiyah ; pensucian jiwa. Masyarakat Tarim ditempa dengan tradisi keberagamaan yang begitu kuat. Di sini, tapakan-tapakan konsep sufistik seperti nilai zuhud (asketisme), ikhlas, mahabbah (cinta), dan nilai-nilai tasawuf yang lain tak hanya menggelinding sebagai sebuah teori. Namun juga menjelma dalam perilaku keseharian masyarakatnya. Karya – karya Imam al-Haddad semisal ; Risalah MuawanahNashoih Diniyahad-Dakwah at-Tammah , dll seakan menjadi karya yang hidup. Mungkin itulah sebabnya, Direktorat Nasional Pariwisata Yaman, menjuluki Tarim sebagai ‘Ashimah Ruhiyyah ; Ibu Kota Spiritual.

Ibu Kota Kebudayaan Islam

Jatuhnya pilihan ISISCO menjadikan Tarim sebagai Ibu Kota Kebudayaan Islam (Capital of Islamic Culture) pada tahun 2010 tentu bukan tanpa alasan. Sebelumnya, status yang sama diberikan kepada Makkah (2005), Halb – Syiria (2006), Fas - Maroko (2007), Alexandria - Mesir (2008), dan Kairouan – Tunisia (2009). Terpilihnya Tarim melalui hasil keputusan Muktamar ke – 4 yang dihelat di Al-Jazair pada tahun 2004.

Mengapa Tarim bisa menempati posisi yang elegan ini ?

Jawabannya mudah. Tarim adalah gudang ilmu. Berabad – abad, kajian-kajian keislaman hidup lestari. Sejak Sahabat Nabi Labid bin Ziyad menancapkan bendera Islam di bumi Hadramaut, Tarim menjadi kota yang berperan besar bagi tumbuh kembang dan penyebaran Islam. Salah satu bukti kongkrit, bisa dilihat dari jumlah masjid yang berdiri di kota berpenduduk sekitar 100 ribu orang ini.

Abdul Hakim al-‘Amiry menyebut, total masjid di Tarim mencapai angka 360 masjid. (Akibatnya, suara adzan terdengar bersahut-sahutan karena masjid yang berdekatan). Masjid yang tertua adalah Masjid Wa’el (berdiri tahun 43 H) yang didirikan oleh Tabiin, Ahmad bin Abbad bin Bisyir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline