Lihat ke Halaman Asli

Dia Teman Lamaku

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: Moh. Amir

Dihadapan matahari kita teriak. Panas..!!
Saat malam datang kita merangkak. Mengambil selimut.
Hujan, dengan alasan membasahi kejadian
Dimana saat perut memulas dan terbaring
Kaku, terjulur lidah menempel di bagian dada.

Perempuan.!! mana perempuan..!!, katamu padaku tanpa jeda.
Kau mengerti apa yang diinginkan wanita berbuat baiklah padanya. "Jangan cari gara-gara". Sebab, gara-gara tak punya niat untuk tercipta.

Di bawah langit..
aku membuntuti becak yang letih mengantar tuan. Bertanya dengan alasan tak tahu alamat tinggal, di bawah jembatan?, Ya di bawah jembatan. Katanya padaku.

Oh.. Dunia yg tak tahu diri, kau letakkan kepalamu dengan bantal berbulu macan.
Oh.. Dunia yg tak perduli, kau menghambur uang, dengan kepala menjulang.

Lihat..!!

Pertemuan itu menjadi nilai..
Dekat perempatan jalan kota yang lalai
Akan wanita yang lemah gemulai
Tua renta Mendorong gerobak, kumelihat indah senyum anak dalamnya.
Tanpa ragu dia berucap: "hai.. penjahat..".
Pada teman lamaku, yang tersenyum kaku pada gambar lebar terikat diantara tiang listrik.

Bandung, 9 Juni 2014.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline