Lihat ke Halaman Asli

Aku Bajingan

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14030452171906525917

Oleh: Moh. Amir

Jalan berembun basah tanpa harapan

Kita mengenal hanya ada tujuh bentuk angka di belakang delapan

dan angka Sembilan setelahnya

Sampai sekarang tertempel di papan menancap

di halaman lamunan seorang bajingan

itu yang diajarkan oleh jejak

Ya! Aku bajingan

Lantai 21 gedung itu tertimbun khayalan

Hanya ada ide dan pemikiran yang menganggap dirinya sebagai relawan

Mungkin ini saat dimana hujan tak lagi menjadi buruan para pencangkul

Untuk menumbuhkan tanaman yang hilang dimakan buasnya kekuasaan

Wahai orang-orang yang ditinggikan!

Akulah seorang bajingan, yang selalu kau anggap mengganggu kestabilitasan alam

Aku akan buktikan, tepat di jantung dustamu tertusuk pisau yang lapar

Bukan untuk merenggut nyawamu

Tapi, hanya memilah bagian dalam tubuhmu

Wahai orang-orang yang telunjuknya memiliki kesaktian!

Perlukah aku memanggil nama Tuhan dengan khidmat, lantaran biaya makan tak memungkinkan

Oh Tuhan! Kau hanya menjadi tempat pelarian manusia bajingan

Terkadang pula kau menjadi bahan olokan, lalu makian, lalu dan lalu

Sampai saat dimana keringat tak akan lagi mengucur di tubuh

Tersimpan dalam peti kematian

Ya! Itu aku bajingan!

Bandung, 18 Juni 2014





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline