Dr. Amie Primarni
Telah lebih sebulan kita mengalami perubahan cara dalam beraktifitas.
Bekerja dari rumah, belajar dari rumah, beribadah dari rumah bagi sebagian besar mereka yang memang bisa melakukannya. Kebijakan khusus diambil pada beberapa sektor yang memenuhi hajat banyak orang yang masih harus tetap beraktifitas normal.
Pertanyaan lanjutan dari kondisi ini adalah, what next. Apa yang selanjutnya bisa kita lakukan, berapa lama kita bisa bertahan dengan kondisi seperti ini.
Dunia bisnis adalah dunia yang paling merespons lebih dulu ketika situasi dilihat akan amat menyulitkan sebuah usaha.
Dalam sebulan ini, sektor informal sudah memilih pulang kampung sebab tak ada konsumen yang membeli dengan demikian penjualan turun drastis, sementara rumah sewa harus dibayar. Pilihan pulang kampung bukanlah pilihan terbaik, tetapi hidup harus dipertahankan bersama keluarga yang menjadi tanggungannya.
Pemilik usaha sektor formal pun bagai makan buah simalakama, yang pada akhirnya harus dihadapkan pada pilihan merumahkan pekerja dengan pemotongan gaji, meniadakan gaji, hingga pemutusan hubungan kerja, sebab mesin-mesin mulai tak bersuara, barang-barang lambat keluar dari gudang.
Sungguh pilihan yang tidak mudah.
Merumuskan strategi lembaga apa pun dalam menghadapi kondisi pandemi Covid19 sungguh menjadi ujian bagi para pemimpin untuk mengambil langkah strategis, selain menyelesaikan kondisi saat ini, juga mengantisipasi apa yang akan dilakukan ke depan.
Bagaimana dengan dunia pendidikan, bagi dunia pendidikan yang berada dibawah naungan pemerintah sejauh ini masih aman, sebab semua menjadi tanggung jawab pemerintah.
Bagaimana dengan lembaga pendidikan swasta yang notabene selama ini tak jauh berbeda dengan dunia usaha yang menggantungkan hidup lembaga dari adanya konsumen.