Dr. Amie Primarni
Saya tidak bermaksud mendikotomikan antara dunia Pendidikan dan Bisnis.
Tapi coba jawab, mana yang lebih cepat melakukan perubahan dan penyesuaian antara dunia Pendidikan atau dunia Bisnis ?
Izinkan saya berbagi pandangan.Kalau dari tataran implementasi maka dunia bisnis yang paling lebih dulu dan selalu lebih cepat dalam melakukan perubahan dan penyesuaian. Dunia bisnis yang meskipun sudah melakukan perhitungan yang masak dalam setiap langkahnya. Tetap saja sebuah dunia yang penuh ketidakpastian.Ketidakpastian inilah justru yang memacu dan memicu mereka para pebisnis untuk berlomba-lomba lebih dulu bermain terdepan di banding pesaing-pesaingnya.
Jika ada perusahaan yang masih menggunakan sistem lama, maka perusahaan lain akan mencoba menggunakan sistem terbaru dan terdepan. Agar bisnisnya bisa eksis dan tetap mampu bersaing.
Tuntutan dunia bisnis yang serba tak pasti, dinamis dan selalu membutuhkan cara-cara baru ini kemudian membentuk karakter-karakter manusia yang cepat sekali bergerak seirama mengikuti zamannya. Mereka selalu diminta untuk mengupgrade diri secara periodik melalui berbagai macam pelatihan, seminar, workshop agar mereka memperoleh pengetahun dan skill yang memadai untuk menyelesaikan segudang masalah bisnis.
Mulai dari manajemen, pemasaran, produksi, keuangan hingga ke SDM. Cara-cara lama yang tidak lagi efektif dan efisien akan ditinggalkan.
Era digital, membuat dunia bisnis terengah-engah menyediakan dana dan SDM untuk mengganti sistem manajemen mereka. Tenaga-tenaga SDM super canggih yang kekinian dicari, tetapi sayangnya mereka belum punya pengalaman yang matang untuk langsung begitu saja menduduki posisi kunci. Sementara SDM yang ada sudah tak mampu berakselerasi mengikuti kecakapan yang dibutuhkan. Namun demikian dunia bisnis jauh lebih cepat dan berani mengambil resiko untuk mencoba sesuatu yang baru.
Bagaimana dengan dunia pendidikan ?. Cikal-bakal semua teori dan konsep yang digunakan oleh para pebisnis sebagian besar lahir dari hasil penelitian dan pemikiran yang panjang oleh para ilmuwan. Sebuah teori membutuhkan langkah yang panjang untuk bisa diwujudkan dalam tataran empiris dan menjadi solusi atas masalah yang ada.
Proses yang panjang dalam temuan-temuan ini membuat dunia Pendidikan selalu selangkah lebih lambat dalam merespons kondisi nyata dilapangan. Sebuah kurikulum misalnya tidak bisa serta merta diubah sesuai kondisi lapangan secara mendadak tanpa melihat output dan outcome hasil pembelajaran.
Hari ini di Indonesia saya melihat meskipun dunia teknologi sudah merambah hingga ke dunia pendidikan. Tetapi penerapan teknologi sebagai media ajar masih berjalan lambat. Tenaga pendidik baik itu guru ataupun dosen masih tertatih-tatih untuk membuat power point melalui gadget. Masih belum berani mengadakan forum group discussion melalui webinar. Masih ragu ketika harus mengikuti pelatihan online berbasis telegram atau whats app. Padahal hari ini media teknologi inilah alat yang paling praktis untuk menyebarkan ilmu hingga ke akar rumput.
Ketika dunia bisnis sudah gencar berjualan melalui online, mereka tidak lagi selalu membutuhkan ruko. Dan beriklan di mass media. Tapi cukup menggunakan instagram, linked dan web site sebagai sarana penjualannya.