Lihat ke Halaman Asli

[FFA] Hapeku, Sahabatku

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Azmi Azhari (235)

Aku adalah aku. Namaku Andini, seorang sahabat handphoneku. Aku berumur 10 tahun. Kami berteman sejak lama sejak orangtuaku membelikan aku sebuah alat komunikasi pada hari ulang tahunku. Meskipun hanya barang second saja, tapi aku menerimanya dengan tulus ikhlas. Saat itu mamah, bilang padaku mengenai hape itu.

“nak, maaf ya.. ibu hanya bisa belikan ini” kata ibuku.

“gak pa2 mah, aku seneng banget mamah beliin hape!”

Itu dia cerita singkat saat aku bertemu dengan teman kecilku itu. Kemanapun aku pergi, dia selalu berada di sisiku. Baik aku ke sekolah, ke kantin, ke kamarku, bahkan ke WC pun aku membawa dirinya.

Aku punya penyakit aneh. Aku takut kemanapun aku pergi. Aku selalu ingin berada di dekat handphone itu. Karena dengan dekat dengannya aku merasa tenang. Aku bisa telefon mamahku kapan aja. Aku memang anak tunggal dari Mamah dan Papah. Namun papah sudah menemui sang penciptaNya saat aku berumur 5 tahun.

Hingga pada suatu malam, sesuatu tak terduga terjadi di kamarku. Aku melihat sendiri, teman kecilku itu tiba-tiba berbunyi, seperti mau meledak. Mungkin menurutku mirip suara petir. Sebelumnya aku sedang men charger dirinya agar bisa menemaniku esok hari.

“dhuar!”

Aku kaget melihatnya. Kucoba dekati dia. Aku raih dengan sepenuh tenaga untuk  melepaskan chargernya.

“tidakkkkkkk!”

Aku melihatnya dengan tajam. Setajam mata elang. Aku melihat dengan seksama. Anehnya hp itu tidak berubah rusak seperti ledakan bom misalnya. Hanya terlihat gosong sedikit di samping-sampingnya. Namun, saat kunyalakan kembali. Tak ada tanda-tanda dia mau menyala.

“mamahhhhhhhhhh”

“mamaaaaaaaaaaaaahh. Hpku rusak!”

Mamah tak menyahuti teriakanku. Entah tak ada suara sahutan.

“mamahhhhhhhhhhhhhh!”

Karena kesal dan tidak ada jawaban. Akupun berlari ke luar kamar dan membawa teman kecilku. Akupun mencari mamah ke dapur. Saat aku sampai di dekat dapur, aku lihat seseorang bertinggi besar. Aku tak tahu dia siapa. Seram sekali. Dia sedang berusaha masuk lewat jendela.

Aku gemetar. Aku takut. Tidak tahu harus bagaimana. Aku diam sambil menatap hp mungilku itu.

“please, nyala dong!!”

“mamah!!”

Air mataku keluar. Aku ketakutan.  Ingin rasanya telefon mamah. Tapi hapeku tak mau menyala.

Bayangan gelap itu tiba-tiba mendekati aku. Aku bergegas, berlari, bersembunyi di balik lemari. Entah kenapa orang itu makin lama mendekat. Mungkin dia tahu dimana aku bersembunyi.

Hpku tiba-tiba bergetar. Entah karena apa dia menyala. Aneh sekali. Aku menatapnya dalam-dalam, berharap agar segera cepat proses menyalanya. Namun, proses itu tidak berhenti dan tidak ada gambar sinyal di hpku.

“duh.. aku mesti gimana nih!“

Hal yang terduga muncul di tanganku. Hapeku menerima sebuah sms. Aku tak tahu darimana sms itu. Padahal aku tahu sendiri, di hapeku itu tidak ada sinyal.

“lempar aku dengan keras, jangan takut aku rusak!”

Semakin lama, dia semakin mendekatiku. Aku tak mau banyak berfikir lagi. Tanpa basa-basi. Aku melempar hapeku itu dengan sangat keras.

Wushhhhhhh!

“Aduhhhhh!”

Brukkk. Suara badan orang itupun jatuh. Aku tak menyangka, lemparanku pas mengenai kepalanya. Dia pingsan.

Aku berlari ke luar rumah. Aku lihat mamah sedang berada di beranda tetanggaku. Dia sedang ngobrol ternyata dengan tetanggaku.

“mamah... ada maling!”

Mamah bergegas mendekatiku, dan membawa pula tetanggaku.

“mana-mana?”

“di dapur mah!” sahutku sambil begidik, masih ketakutan.

Kami semua menuju dapur untuk melihat maling itu. Mamah, bertindak bergegas memanggil polisi untuk segera meringkusnya. Aku pun tenang. Sejenak aku berhenti.

“dimana hapeku?”

Aku melihat teman kecilku jatuh dekat lemari tempat persembunyianku tadi. Mungkin terlempar memantul dari kepala si maling. Aku kemudian mendekatinya dan memegangnya. Aku melihat lebih dalam ke layar itu. Ada sinyal ternyata. Kepala maling ternyata mujarab juga menyembuhkan hapeku yang setengah rusak itu.

“yeah! Hapeku sembuh!”

Aku menyimpannya ke dalam sakuku. Sebelumnya aku mencari pesan yang tiba-tiba muncul tak sengaja itu. Namun, aku tak menemukannya.

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community. [http://www.facebook.com/groups/175201439229892/]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline