Lihat ke Halaman Asli

Amidi

TERVERIFIKASI

bidang Ekonomi

Ramai-ramai Mengusung Program Ekonomi Hijau, Bisakah Terealisasi?

Diperbarui: 4 November 2024   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi-- Ekonomi hijau. (Kompas.id/Heryunanto)

Oleh Amidi

Dalam rangka mencalonkan diri sebagai kepala daerah, para kandidat gubernur, bupati, dan wali kota saat ini ramai-ramai mengusung salah satu program unggulan mereka yakni menjaga dan melestarikan lingkungan dengan mengedepankan ekonomi hijau.

Program ini, mulai diangkat setelah selama ini negeri ini dihadapkan pada berbagai bentuk kerusakan lingkungan dalam rangka melakukan pembangunan dan mengejar pertumbuhan ekonomi.

Atas dasar atau landasan ini lah, sehingga hampir semua calon kepala daerah mengusung program ekonomi hijau tersebut. Tidak hanya itu, mereka pun melengkapinya dengan ekonomi biru.

Ekonomi hijau dapat diartikan suatu sistem perekonomian yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh investasi yang mendorong pengurangan emisi dan polusi, peningkatan efisensi energi dan sumber daya, serta menjaga keanekaragaman hayati dan ekosistem. Beberapa conroh ekonomi hijau adalah; pengembangan eko wisata, pertanian organik, dan energi terbarukan (Al Overview).

Ekonomi hijau pertama kali dicetuskan oleh sekelompok ekonom dalam laporan berjudul; "Blueprint a Green Economy" yang ditujukan kepada pemerintah Inggris pada tahun 1989. Laporan tersebut berisi saran bagi pemerintah Inggris untuk melakukan pembangunan berkelanjutan (koran tempo.co, 14 Juli 2023).

Paradoks.

Bila diperhatikan, apabila kita hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi dan atau mengejar pembangunan ekonomi saja, maka akan ada variabel ekonomi atau variabel lain akan terabaikan. 

Misalnya dengan hanya mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi (over heating), maka terkadang akan menciptakan ketimpangan yang luar biasa, akan mendorong timbulnya kantong-kantong kemiskinan, akan terjadi eksploitasi sumberdaya alam secara besar-besaran, sehingga akan merusak lingkungan.

Jika ini diabaikan, jelas akan terjadi paradoks, akan terjadi suatu kondisi yang bertolak belakang. Di tengah gencarnya negeri ini mencanangkan kelestarian lingkungan, di sisi lain, justru dengan mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi tersebut akan terjadi kerusakan lingkungan yang luar biasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline