Oleh Amidi
Saya sempat menyimak iklan salah satu obat hipertensi dalam suatu video yang dipublis pada media sosial. Suara dalam video tersebut merupakan suara seorang wartawan kawakan sekaligus hos Kompas TV dan seorang Dokter terkenal dengan kesuksesannya menangani hipertensi/jantung. Setelah saya membaca artikel Bapak Heru Margianto, dalam Kompas.com ternyata iklan tersebut menyesakan, dan ada unsur penipuan.
Dikatakannya, menyesatkan karena iklan tersebut dibuat dari potongan video curian yang kemudian di-generate dengan teknologi artical inteligence dan dipublikasikan dengan narasi palsu. (Kompas.com, 16 Maret 2024).
Bila ditelusuri, iklan yang menyesatkan tersebut sudah sering dipublis dimedia sosial. Misalnya iklan tentang pengumuman rekrutmen PLN yang diedarkan melalui poster pengumuman rekrutmen PT PLN yang menginformasikan bahwa syarat pendaftaran dikirim melalui email dengan alamat rekrutmen@pln123.info, berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu menyesatkan. (Kompas.com, 1 April 2024).
Kemudian ada lagi, bahkan selama ini sudah sering terjadi. Misalnya iklan berantai melalaui medsos mengatasnamakan kementerian BUMN atau BUMN, pelamar diminta datang langusung dengan membawa berkas yang sudah mereka persiapkan. (Kominfo.go,id).
Bila dicermati, iklan yang menyesatkan atau menipu tersebut bukan hanya baru-baru ini saja, istilah saya, "lagu lama terus mengalun", karena iklan demikian terus berlangsung. Tak terkecuali iklan jasa pendidikan, misalnya, iklan jasa pendidikan yang menampilkan konten dan gambar dengan "rayuan gombal", fasilitas lengkap, mempunyai ini dan itu. Eh, begitu dilihat di lokasi tidak demikian, konten iklan yang menggoda tersebut ternyata hanya dibesar-besarkan saja, kenyataannya tidak demikian.
Publift.com, diperbarui 20 Maret 2024, mensitir ada 5 conoth iklan yang menyesatkan. Salah satunya iklan volkwagen. Volkwagen (VW) mengahdapi tantangan hukum karena praktik periklanannya menyesatkan. Permasalahan utamanya pada kampanye "diesel bersih" yang secara keliru mengiklankan kendaraan diesel tertentu dari VW dan Audi sebagai kendaraan ramah lingkungan dan memenuhi standar emisi. Komisi peradagangan Federal AS (FTC) mengungkapkan bahwa klaim VW atas mobil diesel rendah emisi dan ramah lingkungan didasarkan pada penggunaan "perangkat yang salah" Perangkat ini memanipulasi pengujian emisi membuat kendaraan tanpak sesuai dengan stantar lingkungan, pada kenyataannya, tidak.
Praktik penipuan ini berujung pada kasus iklan palsu dalam jumlah besar, sehigga VW menyetujui penyelesaian mencakup kompenasasi financial yang signifikan bagi pemilik dan penyewa mobil kena dampak.
Mengapa Harus Menipu atau Menyesatkan?
Bila disimak, iklan yang menyesatkan atau menipu tersebut, dilakukan mereka dalam rangka untuk memperoleh keuntungan yang besar . Betapa tidak, dengan adanya konten iklan menggoda diikuti unsur penipuan, maka iklan yang mereka sajikan di media sosial tersebut akan diburu oleh banyak konsumen atau pihak yang membutuhkannnya.
Misalnya iklan obat hipertensi, betapa tidak menggoda, terutama bagi konsumen yang menderita "hipertensi" ditambah lagi penyakit yang dideritanya sudah menahun, begitu mendengar ada obat pengganti obat kimia yang diberikan/diresepkan dokter selama ini, ditambah lagi dalam konten iklan tersebut seakan ada penjelasan seorang dokter yang meyakinkannya, dan konten iklan yang memang menggoda (buruan stok terbatas diskon hanya tinggal 5 menit lagi), maka dengan serta merta mereka akan membeli segera tanpa berpikir panjang.
Begitu juga dengan iklan lowongan kerja (loker) yang di publis media sosial, iklan yang disajikan tidak tanggung-tanggung, karena mengenai loker di BUMN, loker untuk formasi PNS, loker perusahaan yang bergengsi lainnya, maka wajar kalau para pemburu loker tersebut mata-nya "melotot" bila membaca adanya loker tersebut. Dengan demikian, dari memasang iklan di media sosial itu saja mereka sudah akan memperoleh keuntungan dari banyaknya loker yang membuka aplikasi iklan. Belum lagi, akibat tidak sedikitnya loker yang berbondong-bondong mendaftar, akan dijadikan "mangsa" oleh mereka atau pihak yang akan memanfaatkan momen tersebut.
Pengalaman seorang tamatan dari salah satu PT bergengsi negeri ini bercerita kepada saya, bahwa ia sudah melamar pada salah satu perusahaan BUMN, sudah mengikuti semua rangkaian tes, terakhir ia mendapatkan panggilan untuk wawancara yang akan diselenggarakan di salah satu kota wisata terkenal di negeri ini, namun ia harus menstransfer uang terlebih dahulu untuk keperluan keberangkatan. Nasib-nya masih beruntung, karena ia belum sempat menstransfer uang kepada pihak yang akan "menipu", karena ia keburu memperoleh informasi dari temannya bahwa hal tersebut tidak benar, karena ada unsur penipuan.