Pemilihan umum (pemilu) dalam rangka memilih Presiden dan Wakil Presiden serta legeslatif (DPR,DPRD dan DPD) telah usai, pelaksanaan pemilu boleh dibilang berjalan lancar, namun hasil dari pemilu tersebut secara sah belum diketahui. Anak negeri ini baru diperlihatkan hasil perhitungan cepat (quick count) dari beberapa lembaga survey saja.
Namun, sebagai lembaga resmi yang telah dipercayakan untuk melaksanakan proses pemiliu yakni KPU, belum dapat menyimpulkan hasil pemilu tersebut. Untuk itu, anak negeri ini masih menunggu pengumuman hasil resmi dari KPU.
Berdasarkan pantauan dan evaluasi para pejuang demokrasi, yang dipublis dimedia massa, dinyatakan ada sinyalemen bahwa dalam proses pemilu tidak sedikit terjadi penyimpangan, baik yang bersifat administratif maupun yang bersifat tehnis. Tim Bapak Ganjar-Mahfud Mengaku Menemukan Indikasi Kecurangan Signifikan Pemilu 2024 (kompas.com, 14 Pebruari 2024). Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK) mencium aroma kecurangan dalam kontestasi Pemilu 2024. Menurutnya indikasi kecurangan telah tampak dan semuanya menunggu hasil resmi dari KPU soal Pemilu 2024 (sindonews.com, 15 Pebruari 2024) dan masih banyak lagi berita yang senada lainnya, salah hitunglah, salah tulislah, dan seterusnya.
Berdasarkan perhitungan cepat oleh lembaga survey yang ada, anak negeri ini dapat mengetahui calon yang memperoleh suara terbanyak tersebut. Walaupun suara terbanyak tersebut sifatnya sementara, tetapi hiruk pikuk calon yang mengantongi suara terbanyak versi lembaga survey sudah "bersork-sorai" bahkan sudah berpidato atas kemenangan mereka tersbut.
Terlepas dari aspek kecurangan yang diberitakan media massa tersebut, terlepas dari aspek perhitungan cepat oleh lembaga survey tersebut ada "kekeliruan" atau tidak, yang jelas pemilu telah usai dan kewajiban anak negeri ini menyalurkan aspirasi dalam rangka memberikan hak suara-nya sudah selesai.
Terlepas dari calon mana yang nanti-nya benar-benar menang/terpilih, terlepas dari "masih ada atau tidak nya permainan lain-nya" dalam proses penetapan pemenang nanti, terlepas dari ada nya kekecewaan dari anak negeri ini yang sudah "berikhtiar" maksimal, terlepas dari harapan kebanyakan anak negeri ini terhadap perubahan, perbaikan, peningkatan dan kemajuan perekonomian untuk mensejahterakan anak negeri ini sudah kadas, yang jelas pada saatnya proses pemilu harus diselesaikan. Output pemilu harus ada. Negeri ini harus ada pemimpin-nya.
Masih Ada Jalan dan Banyak Jalan Menuju Roma.
Bila dicermati, secara kasat mata, kebenaran dan kejujuran yang akan dikedepankan dala proses pemilu tersebut, memang sulit, jauh panggang dari api. Sebab "aspek kepentingan", "skenario besar" lebih menonjol, sehingga unsur rasional atau tidak rasional, sudah tidak diindahkan lagi, yang menonjol justru unsur ketidak rasionalan-nya.
Percayalah, bagi siapa saja, baik calon mapun anak negeri ini yang lain yang akan berbuat untuk negeri ini, masih ada jalan lain. Tidak harus menjadi pimpinan, tidak harus memegang tampuk kekuasaan, tidak harus masuk dalam sistem kepemerintahan. Jalan masih panjang dan masih banyak jalan menuju Roma.