oleh Amidi
Masih segar dalam memori kita aksi boikot yang dilancarkan oleh anak negeri ini selaku konsumen di negeri ini beberapa waktu lalu, karena mereka simpati dan menentang negara yang menciptakan pertikaian (Israel).
Aksi tersebut sah-sah saja dan masih wajar, aksi tersebut bukan semata-mata karena mereka "benci" dengan produk yang diproduksi oleh pelaku bisnis yang diduga terafiliasi dengan Israel, namun karena mereka lebih menonjolkan nilai kemanusiaan yang terpatri dalam sanubari-nya.
Mereka tidak ingin adanya pertikaian tersebut, mereka tidak ingin adanya "pembantaian" kepada saudara-saudara kita yang lemah dan tidak berdaya tersebut
Bila ditelusuri, aksi boikot terhadap produk-produk yang diproduksi oleh pelaku usaha yang diduga terafiliasi dengan Israel tersebut, terlepas dari menyimak faktor pendorongnya (agama), yang jelas aksi perang dan atau perbuatan yang tidak manusiawi, perbuatan "biadab" tersebut membuat anak negeri ini yang peduli menjadi "geram".
Terlepas dari aspek agama negara yang "diserang" (Palestina) dari perbuatan biadab tersebut, yang jelas dari aspek kemanusiaan, perbuatan tersebut tidak "manusiawi", sehingga wajar, kalau anak negeri ini yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan "marah", "emosi" dan sekaligus "terdorong" untuk melakukan tindakan boikot, dan aki-aksi positif lainnya..
Betapa tidak, akibat pertikaian tersebut, anak kecil, orang yang lemah, orang tua rentah, "tewas" diterjang peluru yang sangat dahsyat tersebut. Selaku manusia yang didalam sanubari-nya masih terpatri nilai kemanusiaan-nya, wajar kalau dalam dirinya "berontak", "mengutuk keras", agar pertikaian segera diakhiri.
Dampak Biikot Tidak Signifikan.
Bila disimak secara seksamara, dampak boikot tidak secara signifikan menurunkan volume penjualan produk-produk yang kena boikot tersebut. Memang ada informasi, adanya penurunan volume penjualan dikalangan mereka, namun perlu ditelusuri lebih jauh lagi, apa benar dampak adanya penurunan volume penjualan atau penurunan omset mereka tersebut karena aksi boikot. (lihat Amidi dalam Kompasiana.com, 27 November 2023)
Memang di media diberitakan adanya penurunan, seperti yang disinyalir oleh Fuji Pratiwi, Republika.co.id, 24 November 2023, bahwa dampak boikot, menyebabkan gerai Starbucks dan McD sepi sehingga penjualan mereka anjlok 70 persen.