Oleh Amidi
Pada saat pandemi dan pasca pandemi pun ternyata fenomena penurunan jumlah mahasiswa yang masuk ke PT masih terus terjdi. Tidak heran, kalau pimpinan PT terutama PT Swasta (PTS) "mengeluhkan" fenomena penurunan jumlah mahasiswa yang masuk ke PTS-nya.
Baru-baru ini saya pernah berbincang dengan salah satu pimpinan PTS di Yogyakarta mengeluh, biasanya rata-rata setiap tahun mahasiswa yang masuk ke PTS-nya mencapai 17.000-20.000 mahasiswa setiap tahun, tahun ini mereka hanya dapat menerima sebanyak 13.000 mahasiswa saja. Itupun sudah dilakukan dengan upaya maksimal.
Begitu juga dengan PTS lainnya di pulau Jawa demikian, rata-rata PTS mengeluhkan atas penurunan jumlah mahasiswa yang masuk ke PTS mereka. Penurunan jumlah mahasiswa yang masuk ke PTS ini ternyata terjadi di seluruh Provinsi/Daerah di negeri ini.
Jika kita cermati, tidak hanya pimpinan PTS saja yang mengeluhkan penurunan jumlah calon mahasiswa yang mendaftar atau masuk ke PT mereka, tetapi PT Negeri (PTN) pun demikian, terutama mahasiswa reguler-nya.
Mengapa Demikian?
Pada dasarnya banyak faktor yang menyebabkan fenomena penurunan jumlah mahsiswa yang masuk ke PT, baik PTN maupun PTS tersebut. Menurut hemat saya sedikitnya ada lima (5) faktor yang melatarinya.
Pertama, faktor biaya.
Pandemi yang melanda negeri ini berdampak juga pada penurunan jumlah mahsiswa masuk ke PT, karena orang tua calon mahasiswa dihadapkan pada "turunnya pendaptan/penghasilan", baik orang tua calon mahasiswa selaku pekerja/karyawam maupun selaku pelaku bisnis.
Pandemi sempat merontokkan sendi-sendiri perekonomian negeri ini, pandemi berdampak pada PHK yang dilakukan pelaku bisnis, yang pada akhirnya akan menurunkan pendapatan masyarakat. Fenomena ini akan berdampak pada pengurangan pengeluaran, termasuk mereka harus mengurangi pengeluaran biaya pendidikan (kuliah).