Lihat ke Halaman Asli

Amidi

TERVERIFIKASI

bidang Ekonomi

Emosi di Jalan Menimbulkan Kemacetan dan Biaya (Opportunity Cost)

Diperbarui: 11 Agustus 2023   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seiring dengan bertambahnya jumlah kendaraan yang lalu lalang di jalan, sementara ruas dan lebar jalan tidak bertambah, maka "kemacetan" atau kendaraan macet di jalan tidak bisa dihindarkan, terlebih pada waktu-waktu tertentu.  Pada waktu pagi dan sore hari, pada saat anak negeri ini pergi dan pulang kerja, ditambah anak sekolah, maka kepadatan pemakai jalan tidak bisa dihindarkan, sehingga  intensitas  kendaraan macet di jalan semakin parah.

Di Palembang saja, jumlah kendaraan dari tahun ke tahun terus bertambah. Pada tahun 2022 lalu saja, BPS mencatat bahwa jumlah kendaraan (mobil penumpang, truk, bus dan sepeda motor) berjumlah 1.220.266 unit. Apalagi dengan adanya kemudahan dan fasilitas kredit kendaraan, baik kendaraan roda dua (motor) maupun kendaraan roda empat (mobil). Berdasarkan data yang ada, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), ada 70 persen lebih pembelian kendaraan dengan jalan kredit.

Bila kita cermati, sebenarnya walaupun adanya peningkatan jumlah kendaraan (motor dan mobil), dan ruas serta lebar jalan tidak bertambah pun, bisa saja kendaraan macet dijalan intensitasnya rendah alias tidak terlalu "parah". Namun, kendaraan macet di jalan terlihat semakin parah karena ada unsur  pengendara didorong oleh rasa "emosi" dalam mengemudikan kendaraannya begitu adanya penumpukan kendaraan sedikit saja.  

Saya pernah mengalami  terkena macet sampai berjam-jam, namun setelah  pengendara kendaraan mulai saling mengalah,  tidak lagi macet, atau kendaraan sudah mulai berjalan dengan lancar.  

Setelah mencari tahu penyebab kendaraan macet di jalan tersebut, ternyata tidak ada kendaraan (mobil)  yang mogok di jalan tersebut, tidak ada kendaraan (mobil) yang rusak dijalan tersebut, tidak ada kendaraan (mobil) yang "tumburan". Setelah mencoba menelusurinya,  eh, ternyata karena pengemudi tidak ada yang "mengala" alias tidak sabar alias didorong rasa "emosi",  dan semaunya.

Seharusnya, bila kita menghadapi kondisi  jalan padat/ramai seperti itu, karena padatnya/banyaknya pemakai jalan (pengendara mobil), maka seyogyanyalah kita mengerem "emosi", jangan semua tidak mau mengalah, jangan semua mau cepat, sehingga ruas jalan semua tertutup oleh kendaraan (mobil),  terjadi suatu kondisi "terjebak macet", mau mundur untuk mencari alternatif jalan lain tidak bisa, apalagi mau maju, sulit karena kendaraan (mobil) sudah padat dan "semerawut".

Jika sudah begini, yang ada rasa "emosi" meningkat, karena disana terjadi hiruk pikuk, suara bel/klakson bersahutan, semua kendaraan sudah pada malang melintang, ditambah lagi bila pada saat itu tidak ada petugas yang membantu mengatur lalu lintas jalan. Terjadi kepanikan!, terjadi kepenatan !

Tidak hanya itu, akibat kita emosi dan sikap mental kita demikian, secara ekonomi timbul biaya (oppotunity cost) yang tidak kecil, akibat kendaraan  (mobil) macet di jalan tersebut, pengendara harus menanggung biaya (opportunity cost) yang timbul, hilangnya waktu berjam-jam karena kendaraan macet, yang selayaknya waktu tersebut dapat digunakan untuk suatu pekerjaan  lain, terpaksa terlewatkan, karena "macet". Belum  lagi secara kejiwaan, tercipta rasa "dongkol", terjadi dorongan kenaikan tensi darah, dan dampak lainnya.

Tahan Emosi.

Untuk mengeliminir kemacetan kendaraan di jalan raya tersebut, semua pihak pemakai/pengguna jalan raya harus mentaati rambu-rambu lalu lintas dan sedapat mungkin menahan emosi, jika terjadi penumpukan kendaraan pada suatu waktu, agar lalu lintas bisa berjalan sebagaimana mestinya, maka tahan rasa emosi dan saling tenggang rasa harus dikedepankan.

Apalagi, bila di jalan raya tersebut, ada "belokan", atau ada tempat "memutar balik", maka biasanya akibat sikap mental kita, terkadang sesama pemakai jalan tidak mau saling mengalah, yang arah lurus jalan terus, yang mau berbelok bersikeras mau belok dengan cepat atau segera alias tidak mau saling menunggu, tak ayal lagi akan terjadi kemacetan kendaraan ditempat tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline