Lihat ke Halaman Asli

Amidi

TERVERIFIKASI

bidang Ekonomi

Beberapa Permintaan Konsumen karena Ada Unsur Keterpaksaan

Diperbarui: 13 Mei 2023   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Konsumen dalam memenuhi kebutuhannya dan atau dalam melakukan permintaan terhadap suatu barang/jasa dalam kondisi tertentu terkadang  ada unsur keterpaksaan, terlepas pada saat mereka berada dalam pasar persaiangan sempurna (perfect competation) maupun dalam pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competation).

 

Membeli dengan harga lebih mahal. 

Seorang konsumen yang sedang menderita suatu penyakit, setelah berobat dengan tenaga kesehatan ditempat praktek atau di Rumah Sakit, biasanya ia akan  menerima "secarik kertas" sebagai pengantar untuk membeli obat di apotik. Setelah mendapatkan secarik kertas tersebut, konsumen/pasien dengan serta merta pergi ke apotik untuk membeli obat tersebut, sesampainya di apotik, biasanya konsumen/pasien ditanya pihak apotik, apakah obat mau diambi/dibeli semua atau sebagian.

Bagi konsumen yang tidak memiliki uang yang cukup ia membeli sebagian terlebih dahulu. Pertanyaan tersebut wajar dilontarkan pihak apotik, karena konsumen/pasien belum tahu harga obat tersebut. Kemudian berdasarkan informasi bahwa harga obat antara satu apotik dengan apotik yang lain berbeda, kemudian ada lagi unsur perbedan harga antara obat yang dibeli secara bebas dengan obat yang dibeli dengan pengantar secarik kertas tersebut.

Nah, biasanya berapa saja harga yang ditetapkan oleh pihak apotik tersebut konsumen/pasien langsung meng "ia" kan untuk dibeli, tidak ada konsumen/pasien membandingkan harga yang berlaku di apotik yang satu dengan apotik yang lain terlebih dahulu, baru membeli. Hal ini dilakukan mereka, selain karena mereka tidak mau "repot" lagian mereka kan pada posisi kurang sehat. Dalam hal ini terkesan ada unsur keterpaksaan dalam mebeli.

Selanjutnya, konsumen juga terkadang terpaksa melakukan permintaan atau membeli suatu barang/jasa dengan harga yang lebih mahal, karena mereka membeli dengan cara "kredit". Pembelian secara kredit biasanya lebih mahal 30-50 persen dari harga cash, karena beban bunga dan biaya kelengkapan kredit lainnya.

Disini konusmen tidak bisa berbuat banyak dalam menyikapi harga yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha tersebut, pilihannya membali secara kredit atau secara cash. Jika membeli secara cash, mereka tidak mempunyai uang yang cukup, maka pilihannya adalah membeli secara kredit.

Kemudian, konsumen pun dihadapkan pada keterpaksaan melakukan permintaan adalah pada saat mereka berada pada suatu tempat tertentu. Misalnya, jika sebelumnya harga semen di papua berlipat-lipat dibandingkan di Sumatera. Misalnya. Konsumen berada pada tempat yang jauh dari keramaian atau "pelosok", maka konusmen terpaksa harus menerima harga yang ditetapkan oleh pelaku usaha lebih mahal dari harga yang berlaku dipasar pada umumnya.

Membeli dengan Kehilangan Waktu.

Saat ini sudah menjadi pemandangan umum, jika konsumen mau membeli BBM bersubsidi harus antri berjam-jam di SPBU, baru konsumen dapat memebeli atau mengisi BBM bersubsidi tersebut. Selama mereka antri, selama itu pula mereka kehilangan waktu yang apabila dikonversi dengan nilai ekonomi, mereka akan kehilangan "opportunity cost" yang tidak kecil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline