Kamu bisa bayangin gak sih apa yang kamu harapkan itu gak bisa secepat itu kamu dapatkan? Rasanya pengen melakukan sesuatu sendiri aja tanpa orang lain. Kebanyakan kita berharap kepada mereka untuk membantu malah diperlambat. Atau apakah aku yang ada salah sehingga mereka yang aku harapkan itu tidak dapat membantuku secepat aku membantu mereka?. Mau itu teman atau keluarga, apa yang kita harapkan dari mereka seperti ditepis begitu saja. Aku jadi ingat kata ini "Jangan terlalu berharap pada manusia", ya katanya bisa bikin sakit hati. Awalnya aku iyain aja karena aku paham tapi belum merasakannya. Tapi, setelah merasakannya behhhh, sakitnya gak ketolong. Kayak kita ini diajak untuk bersama tapi mengerjakannya masing-masing gitu loh. Entahlah, ditengah kebersamaan itu aku merasa seperti kesepian. Tawaku dulu yang menyambut kebersamaan kini menghilang setelah melihat luka dan tangis orang lain yang juga membuatku semakin terpuruk. Hah, hidup. Aku benci kepahitan, tapi aku ada di dalamnya dan dia di dalamku dan aku kini tidak bisa berbuat apa-apa terhadap kepahitan itu. Kini aku hanya bisa menghadapinya sambil termenung memikirkan nasibku menghadapi orang-orang yang perlahan tidak membuatku berharap pada mereka. Namun aku seperti dipaksa untuk selalu bersama mereka, membantu mereka dan diriku. Entahlah, sesekali aku berpikir apakah aku juga dipedulikan orang lain? Jika iya kenapa mereka hanya menatapku? Apakah mereka menungguku bereaksi? Apakah tanggapan mereka saat aku bereaksi? Aku harap itu tawa atau pandangan lembut. Tapi semua itu berbeda, mereka memandang bukan untuk tersenyum tapi untuk menilaiku. Penilaian itu membuatku rendah diri, tapi menurut mereka itu bagus untuk mengembangkan diri. Aku tahu itu, tapi bisakah kalian sedikit ramah kepada anak yang selalu dipaksa baik-baik saja sementara ia sakit badan dan jiwanya namun hanya ia yang bisa memeluk sakitnya itu sendirian?. Bisakah membantu dengan memberikan suasana yang aman dan menyenangkan bagi anak ini? Aku tahu kalian juga sakit, aku pun akan membantu yang kubisa asalkan kalian membantu anak yang sekarat ini? Ia begitu kesepian, tak ada tempat cerita hingga tidak lagi percaya kepada siapapun. Senyumnya kini pun semuanya palsu, ia hanya bisa menghibur kalian lewat senyum dan keramahannya sembari memeluk dirinya yang luka jiwa, badan dan dirinya yang kesepian seorang diri. Di mana kah bantuan itu? Yang kata Tuhan setiap manusia harus saling membantu dan menghibur? Di mana kah anak-anak Tuhan itu? Mengapa yang aku temui adalah mata seperti harimau yang siap menerkam? Anak ini kemudian tidak bisa keluar dari rumahnya karena sakit dan kesepian yang ditanggungnya. Kemanakah anak ini akan pulang? Anak ini telah melihat orang yang ramah juga adalah orang yang berbahaya pula. Ia begitu takut sehingga kepada orang yang dirasa baik pun kini tidak ia percaya. Mengapa demikian? Karena ia tidak ingin tersakiti lagi oleh wajah malaikat namun ternyata itu adalah topeng yang dipakai untuk menutup muka serigalanya. Aku hanya bingung pada dunia, mengapa seperti ini? mengapa tidak ada kebahagiaan di dalamnya? mengapa hanya da rasa takut, cemas dan kecewa dan perasaan negatif lainnya? Katanya dunia ini telah dikuasai iblis sehingga manusia hidup dalam kesengasaraan hingga ia kembali ke surgalah baru ia terbebas dari semua itu.
Hanya bisa menungguu.................
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H