Minggu pertama : terinspirasi puisi
Kubuka lagi kotak itu. Entah sudah berapa kali aku membukanya. Tak ada yang istimewa sebenarnya, hanya seutas kain putih, seuntai tasbih dan beberapa potong kertas.
Semuanya darimu. Semuanya tentangmu.
Kain putih itu tak lain adalah kerudungmu, Nia. Kain yang pernah membalut rambut indahmu, dulu. Mencium harum kepalamu, dulu. Seakan menceritakan padaku apa saja isi kepalamu. Apa saja yang kau pikirkan tentangku.
Dan menyeka airmata rinduku, sekarang.
Untaian tasbih itu adalah gelangmu. Kemana kau pergi, dia setia melingkar di pergelangan tanganmu. Seakan-akan menggandengmu setiap saat. Tentu saja aku sangat cemburu padanya, Nia. Bahkan, menyentuh bayanganmu saja aku tak kuasa.
Itu dulu, sekarang dia menjadi salah satu atribut nostalgiaku. Merindukan tangan yang belum dan takkan pernah kusentuh.
Tampak tulisan tanganmu pada kertas-kertas itu. Mengungkapkan segala rasa, termasuk cinta dan rindu, untukku. Nampak jelas noda lipstick, rona bibirmu, disitu. Di kertas itulah, bibir kita bertemu. Tepat di bekas ciumanmu itu. Ciuman yang hanya untukku, dulu.
Dan sekarang aku sendiri, merindukanmu yang takkan lagi merindukanku.
Makkah, 3 Maret 2016
Sumber inspirasi :
Kangen
Oleh : Ws Rendra
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
Kau tak akan mengerti segala lukaku
karna cinta telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi
Itulah berarti
aku tungku tanpa api.
Karya ini diikutsertakan dalam rangka memeriahkan ulang tahun perdana Rumpies The Club.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H