Dikotomi pembahasan mengenai mana yang utama, menjadi ibu rumah tangga (yang hanya mengurusi urusan domestik dalam rumah) atau kah menjadi ibu pekerja (yang sambil bekerja di sektor publik luar rumah), tak akan ada habisnya, jika masing-masing berangkat pada persepsinya, tanpa membuka ruang perbedaan pendapat dari pihak lainnya.
Berbicara tentang peran perempuan yang menjadi ibu rumah tangga dan ibu rumah tangga yang sekaligus ibu pekerja, saya lebih suka menyebut sebagai perempuan yang berkarya karena maknanya sangat luas, juga tak kan habis dalam beberapa lembar tulisan saja.
Sejatinya perempuan itu, baik sebagai ibu rumah tangga ataupun ibu yang bekerja, semuanya adalah berkarya dan semuanya mulia.
Seorang ibu rumah tangga, selain ia fokus membesarkan anak dan mengurus rumahnya, seiring perjalanan waktu, ia pasti akan bertemu dan terlibat dengan berbagai hal, misalnya kegiatan yang sifatnya sosial atau keagamaan, arisan warga, membentuk komunitas, membuat camilan pengiring kerja bakti, dan lain-lain. Karena pastinya ia tidak benar-benar berdiam di rumah, terlebih jika anak-anak beranjak tumbuh dewasa.
Belum lagi kemajuan teknologi sekarang ini, sangat memungkinkan para ibu rumah tangga saling terhubung dan semua itu memungkinkannya untuk berkarya nyata.
Ibu rumah tangga yang bekerja di sektor publik, ia juga tidak hanya wanita karir atau pekerja kantoran yang oleh sebagian orang dan ini kadang-kadang tidak fair dan membuat wanita pekerja yang harus bekerja di luar rumah karena berbagai alasan menjadi merasa bersalah dengan pilihannya- sering dianggap mengejar karir dan ‘mengabaikan’ urusan rumah.
Jika ada satu dua kasus terjadi, keluarga terbengkalai karena sibuk berkarir misalnya, tentu jangan digeneralisasi dan mengambil kesimpulan secara umum yang kurang tepat.
Karena banyak juga di antara mereka yang berhasil dan bisa mengatur waktunya dan menjalankan dua peran itu tanpa saling mempertentangkan.
Butuh usaha lebih? Itu pasti. Tak bisa melakukan dengan sempurna? Di dunia ini memang tak ada yang sempurna. Dukungan dari pasangan dan berusaha saling melengkapi atas pilihan peran yang diambil, ini yang lebih bijaksana.
Di sisi lain, kita pun pernah mendengar cerita ibu rumah tangga yang fokus di rumah tapi anggota keluarganya bermasalah. Jadi semua kembali pada kualitas sang ibu dan pemahaman akan perannya.