Sejak masih masih SMP, Re, anak gadisku yang nomor dua memang sudah biasa jualan online. Macam-macam yang dijualnya, dari pakaian, aksesori, makanan sampai wadah bekal makanan. Mulanya pelanggannya masih terbatas teman-teman sekolah atau tetangga. Sekarang pelanggannya bertambah banyak sampai keluar daerah.
Banyak pengalaman dan pelajaran yang sudah dipetiknya. Semakin pintar membaca peluang pasar. Kadang terkagum-kagum sendiri melihatnya memaparkan ulasan-ulasan tentang barang yang sedang dipasarkannya.
Suatu hari aku melihat-lihat toko online-nya di Instagram, diamonstore29. Kok di Ig story-nya jualan baju bekas. Langsung saja kutanya dia
Re, itu kenapa kamu jualan baju bekas?
Preloved, mamah. Thrift.
Apalagi tuh? Preloved, thrift, apapun istilahnya, baju bekas ya baju bekas, emang laku?
Lakulah
Kok mau ya orang beli baju bekas, di foto sih kelihatan bagus, tapi tetap aja bekasan orang
Mamah, customer aku itu rata-rata anak muda yang mau selalu tampil keren dengan pakaian branded dan ngetrend, kalau memaksakan beli baju baru terus kan budget-nya tinggi. Dan mereka gak mau juga pakai baju yang itu-itu aja, pastikan perlu banyak, kalau bisa beli baju dari merk terkenal dengan harga hampir separuh harga baru ngapain beli baru, mah.
Halah, kalau gak punya uang ngapain susah, beli aja baju yang gak usah branded-branded gitu kan