Lihat ke Halaman Asli

AMI MUSTAFA

Apalah apalah, jangan ribet! aku sendiri sudah cukup ribet orangnya

Rapid Test Covid-19, Reaktif Bukanlah Aib

Diperbarui: 29 November 2020   08:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasil rapid test Ara | Dokumentasi pribadi

Ara adalah anak remaja yang tidak terlalu suka bermain diluar rumah. Bahkan jarang sekali berinteraksi dengan tetangga. Lebih banyak berdiam diri di kamar asyik dengan gadget dan media sosial. 

Apalagi di masa pandemi ini sungguh tidak ada masalah baginya untuk tetap berdiam diri di rumah saja. Ia tinggal di rumah keluarga berdua saja dengan ibunya sementara kakaknya tinggal di luar kota.

Suatu hari Ara mengeluh tidak nyaman saat menarik nafas. Kekhawatiran akan terpapar virus Covid-19 membuat Ara gelisah. Tapi sang Ibu menenangkan dan bilang itu hanya karena Ara kurang bergerak dan olahraga. 

Berat badan Ara memang agak naik sejak tidak lagi pergi ke sekolah. Informasi tentang Covid-19 rupanya membuat Ara cemas terlebih lagi atas kedatangan keluarga dari Bekasi beberapa Minggu sebelumnya.

Dua hari dari keluhan pertamanya Ara kembali meminta ibunya mengantarkan ke dokter. Karena suhu tubuhnya meningkat akhirnya ibunya setuju membawanya ke klinik kesehatan esok paginya. 

Di klinik Ara memaksa untuk melakukan rapid test Covid-19. Dia benar-benar khawatir salah diagnosis hanya dikira demam biasa. Untuk memastikan Ara aman dari Covid-19 dan membuatnya lebih tenang akhirnya diambilah sampel darah Ara dan tidak menunggu lama hasil rapid pun keluar.

Betapa terkejutnya Ibunya ketika diperlihatkan hasil rapid test Ara reaktif walaupun garis yang kedua terlihat samar. Perawat yang menangani meminta Ara dan ibunya untuk melapor ke puskesmas terdekat. Berharap hasil rapid dianggap non reaktif karena samar dan untuk mematuhi prosedur penanganan Covid-19 pergilah mereka ke puskesmas menemui petugas gugus tugas Covid-19.

Melihat hasil rapid Ara, petugas di puskesmas pun menyatakan kalau hasil rapid Ara reaktif. Petugas yang ramah itu juga menanyakan riwayat perjalanan Ara. 

Ternyata dua hari sebelumnya Ara pernah pergi ke Pringsewu yang saat itu sudah masuk zona merah. Petugas menyarankan Ara untuk isolasi dan Ara memilih melakukan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari.

Sepulang dari puskesmas ibu Ara memutuskan untuk melapor ke gugus tugas Covid-19 yang ada di desa mereka. Saat itu kepala desa sedang tidak berada di tempat, hanya perangkat desa dan petugas Covid-19 yang ada. Setelah selesai melapor Ara dan ibunya pulang. Bersiap melakukan isolasi mandiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline