Akhlak, etika, moral, dan susila adalah sutau hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Bahkan bila perlu sudah ditanamkan sejak kecil agar menjadi kepribadian yang baik sampai seterusnya. Dan yang paling utama adalah pendidikan akhlak. Tujuan dari pendidikan akhlak ini untuk memberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya menetapkan bahwa perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang baik atau yang buruk. Islam sendiri merupakan agama yang berakhlak, dan akhlak adalah tumpuan pertama dalam Islam, bisa dilihat bahwa salah satu tujuan utama Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam turun adalah menyempurnakan akhlak. Hal ini dibuktikan dengan sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya pada bab musnad Abi Hurairah, yang berbunyi:
Artinya: "Hanya saja kau diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad).
Hadist tersebut merupakan penegasan bahwa Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi akhlak yang mulia. Lalu bagaimana membentuk akhlak manusia agar memiliki akhlak yang baik? Faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak ada 2, faktor yang pertama adalah faktor dari dalam atau internal, yakni potensi fisik, intelektual, dan hati. Faktor internal ini didapatkan mulai dari bayi yang masih dalam kandungan, dimulai dari nutrisi yang diberikan oleh ibu maupun dari genetika dari orang tua, juga dari pendengaran si bayi. Jika dari bayi sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya akan terbentuk kepribadian yang baik.
Faktor yang kedua adalah faktor eksternal atau faktor dari luar, yang terjadi setelah bayi lahir. Setelah bayi lahir, bayi kembali belajar mendengar, prosesnya adalah mendengar, melihat, disimpan dalam ingatan lalu ditirukan secara berulang, dan selanjutnya menjadi kebiasaan yang membentuk karakter. Sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur." (Q.S an-Nahl: 78).
Dalam hal tersebut peran orang tua, guru di sekolah dan tokoh-tokoh besar, serta masyarakat disekitarnya yang mempengaruhinya. Jadi, dalam membentuk akhlak yang baik, sudah bisa dimulai ketika bayi masih di dalam kandungan, dengan memberikan nutrisi yang baik, dan mendengarkan hal-hal baik, seperti pembacaan ayat al-Qur'an, kalimat-kalimat tasbih, shalawat, dan hal baik lainnya. Selanjutnya pembentukan akhlak bisa dilakukan dari faktor luar, dengan mendidik anak dengan baik, mengenalkan mana hal baik yang harus dilakukan dan hal buruk yang harus ditinggalkan.
Lalu apa hubungan akhlak dengan moral, etika, dan susila? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral adalah ajaran tentang baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya. Selanjutnya moral dalam arti istilah digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, dan buruk yang terlihat dalam kebiasaannya. Jadi, apabila seseorang melakukan suatu perbuatan, maka dalam moral perbuatan tersebut dinilai apakah perbuatan yang dilakukan termasuk perbuatan baik atau buruk. Orang bisa dikatakan bermoral adalah orang yang mempunyai tingkah laku yang baik.
Etika, Ahmad Amin dalam Nata 2021, mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. Etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut:
- Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia
- Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, ia terbatas dan dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan, dan sebagainya.
- Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu, dan penetapan terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
- Dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan zaman yang berkembang.
Etika dan moral memiliki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia tentang baik dan buruk perbuatannya. Namun, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Dalam etika untuk menentukan perbuatan manusia menggunakan tolak ukur akal, berbeda dengan moral, tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dalam kebiasaannya di masyarakat.
Susila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Artinya susila adalah dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma yang baik atau aturan hidup yang lebih baik. Kata susila sering juga disebut sebagai kesusilaan. Kesusilaan sama artinya dengan kesopanan.
Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul Akhlak Tasawuf menyebutkan bahwa kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan, dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Susila memiliki tolok ukur yang sama dalam menilai baik dan buruk dengan moral. Dasar yang dijadikan tolok ukur baik dan buruk dalam susila adalah nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat sekitar.