Lihat ke Halaman Asli

Ami FatimatuzZahro

Mahasiswa Jurnalistik

Membentuk Karakter Pribadi Muslim yang Baik dengan Konsep Trilogi Agama Islam: Iman, Islam, dan Ihsan

Diperbarui: 7 Desember 2022   17:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak

Semasa pandemi, manusia bergantung pada teknologi dan internet untuk membantu memenuhi kebutuhannya dari rumah, dengan didukung oleh cepatnya internet sehingga dapat diakses dengan mudah oleh kita semua. Namun tentu ada sisi negatif dari penggunaan internet yang bisa membuat kita mempunyai kebiasaan yang buruk, seperti kecanduan dalam hal pornografi, judi online dan bisa melupakan lingkungan sekitar karena terlalu terpaku dalam dunianya (online) sendiri. 

Lalu bagaimana caranya untuk memperbaiki kebiasan buruk tersebut? Sebagai umat muslim, caranya adalah dengan kembali kepada pokok agama Islam, yakni iman, Islam, dan ihsan dalam penerapan kesehariannya. Sehingga bisa terbentuk kepribadian muslim yang baik pada diri kita secara kokoh dan tidak mudah untuk kembali ke jalan yang tidak benar.

Kata kunci: Moral, Islam, Kepribadian

PENDAHULUAN

Salah satu tujuan Nabi Muhammad diutus oleh Allah adalah untuk menyempurnakan akhlak. Pada saat itu, seperti yang kita tahu keadaan masyarakat di Makkah berada dalam masa kebodohan, mereka melakukan perbuatan yang bertentangan dengam ajaran Islam, seperti minum khamr, berjudi, dan membunuh anak perempuan. Hal tersebutlah yang dimaksud bahwa Nabi Muhammad Saw diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sejalan dengan sabda Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya pada bab musnad Abi Hurairah, yang berbunyi:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Ahmad).

Selama pandemi COVID-19, selain ekonomi dan kesehatan, pandemi COVID-19 juga berdampak pada moralitas seseorang terutama di kalangan remaja. Hal tersebut karena semasa pandemi, sebagai siswa kita tidak dapat dijangkau secara langsung oleh guru. Sehingga kegiatan belajar mengajar tidak efektif, dan hal tersebut memengaruhi para siswa berbuat sekenanya dalam perbuatan sehari-harinya karena merasa tidak ada yang mengawasi secara langsung.

Pembelajaran kebanyakan dilakukan dengan menggunakan gadget yang dirasa kurang efektif karena tidak terbentuknya komunikasi dengan baik antara guru dan murid. Guru seringkali hanya melakukan percakapan satu arah, karena kurangnya tanggapan balik dari para murid.

Hal tersebut menyebabkan terbentuknya krisis moral di Indonesia yang terjadi para remaja, para remaja mulai turun moralnya dari hal yang ringan seperti hilangnya rasa sopan santun sampai ke tindakan yang jauh lebih berbahaya, misalnya para remaja mengonsumsi narkoba dan alkohol. Sehubungan dengan hal itu, globalisasi juga menjadi pengaruh yang kuat dalam merubah moral remaja. Dengan adanya pandemi, semua kegiatan bisa dijangkau dari rumah dengan kekuatan internet. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline