Lihat ke Halaman Asli

AH...!

Diperbarui: 11 Agustus 2015   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kami sekeluarga duduk berlima di ruang tengah, tv dibiarkan menyala sedang lampu menerangi tidak sepenuhnya. Pintu tengah sengaja di buka, agar asap rokok mudah ditelan angin malam.

Kesal aku! Bapak tetap saja setia pada rokoknya. Padahal telah banyak kesakitan yang menimpanya. Giginya kuning, dan matanya seperti kehilangan sinar. Aku tidak bisa terima kalau bapak telah renta, usianya belum juga setengah abad. Aku masih butuh banyak suntikan, sekolahku belum selesai, perjalanan adikku masih panjang, dan langkah abangku belum sampai.

Kemudian pandanganku beralih pada ibu, aku tidak tega ketika melihat ibu bersama sarungnya.Aku perhatikan Perempuan-perempuan seusianya lebih memilih menukaar uangnya dengan kesenangan, berupa perhiasan atau mungkin pakaian pengikut zaman.

Sedang Ibuku ? tetap setia dengan sarungnya dan menyimpan hampir semua kekayaan dalam tabungan bernama pendidikan.

“ Tidak usah peduli keadaan Ibu, yang penting kalian bisa sekolah”
ujar Ibu sambil mengusap rambut si bungsu.

Aku adalah anak kedua yang merasa paling berdosa. Tidak pernah menjadi jembatan diantaranya anak-anaknya. Kemudian Bapak berkata :

“Dan jangan banyak menuntut, bisa makan sehari tiga kali pun kita harus bersyukur”

“Tapi aku hanya akan bersyukur kalau bapak berhenti merokok” Aku berfatwa tanpa ampun.

Suasana menjadi hening, bapak makin menikmati asap rokonya, kami saling diam, kebingungan, terlalu banyak isi kepala yang mengganjal sampai-sampai lupa  darimana pembicaraan harus dimulai. Kemudian aku perhatikan abangku, dia yang akan menjadi tulang disini. Abang sibuk membolak-balik buku dan sesekali memarahi laptopnya. Mungkin abang kelelahan mengejar skripsi yang baru sampai pada bab pertama.

“Bagaimana nasib mobil kita pak? Kalau malam ini tidak pulang, berarti satu bulan lebih mobil itu di tangan orang” Abang merebut pertanyaan yang telah aku siapkan sejak tadi.

“ya Pak, kepulangannku ini sebenarnya karena itu, aku mendapat kabar dari adik, katanya mobil kita hampir jatuh di tangan orang, benar itu pak?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline