Lihat ke Halaman Asli

Amhalogi

Tendik dan Freelancer

Menjelang Masa Pensiun Bu Haji Mur

Diperbarui: 9 Mei 2024   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri Amhalogi

Ada sebuah desa kecil bernama Gerendong, terdapat sebuah sekolah dasar yang bernama SDN Gerendong 1. Di tahun ajaran ini, kelas 2 SDN Gerendong 1 diisi oleh 37 siswa yang dipimpin oleh seorang guru yang disayangi oleh semua orang, Ibu Muryati. Namun, ada kabar yang membuat mereka sedih, bahwa Ibu Muryati akan pensiun tahun depan.

Hari ini adalah hari terakhir sebelum liburan sekolah. Kelas 2 sangat bersemangat untuk menyelesaikan hari terakhir ini dengan baik. Mereka duduk rapi di kelas, menunggu Ibu Muryati masuk.

Ketika bel masuk berbunyi, Ibu Muryati masuk ke kelas dengan senyum yang ramah seperti biasa. "Selamat pagi, anak-anak," sapanya dengan hangat.

Anak-anak menjawab dengan riuh rendah, mereka sudah sangat merindukan Ibu Muryati. Mereka tahu bahwa tahun depan, kelas mereka akan dipimpin oleh guru yang berbeda.

Selama pelajaran berlangsung, anak-anak mencoba yang terbaik untuk memperhatikan pelajaran Ibu Muryati. Mereka tahu bahwa ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk belajar bersama Ibu Muryati. 

Setelah pelajaran selesai, anak-anak memberikan sebuah kejutan untuk Ibu Muryati. Mereka telah merencanakan sesuatu untuk mengenang momen-momen indah bersama Ibu Muryati. Mereka menyanyikan lagu dan memberikan kartu ucapan selamat tinggal.

Ibu Muryati tersenyum haru. "Terima kasih, anak-anak. Kalian adalah alasan saya bahagia menjadi seorang guru selama ini," ucapnya sambil mengusap air mata bahagia.

Setelah acara perpisahan selesai, Ibu Muryati memanggil satu per satu siswa ke mejanya. Dia memberikan nasihat terakhir kepada mereka, dan berbagi harapan bahwa mereka akan terus berusaha menjadi yang terbaik di masa depan.

Keesokan harinya, saat bel masuk berbunyi, kelas 2 Gerendong 1 dipimpin oleh seorang guru pengganti. Namun, kehangatan dan keceriaan yang selalu ada ketika Ibu Muryati mengajar, tampaknya sedikit hilang.

Meskipun begitu, anak-anak tetap mengingat pesan-pesan terakhir yang disampaikan oleh Ibu Muryati. Mereka berjanji untuk tetap berusaha dan menjadi siswa yang pintar serta berbudi pekerti baik.

Hingga hari ini, kisah kelas 2 SDN Gerendong 1 di bawah asuhan Ibu Muryati tetap menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi semua siswa dan guru. Mereka akan selalu mengingat momen-momen indah itu sebagai bagian dari perjalanan mereka di sekolah dasar. 

Oleh: Amha




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline