Lihat ke Halaman Asli

Amhalogi

Tendik dan Freelancer

Panah Pasopati Arjuna

Diperbarui: 27 April 2024   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desain by Amhalogi

Suatu ketika, Khayangan sedang diserang oleh pasukan raksasa yang dipimpin oleh Raja Niwatakawaca. Penyerbuan Khayangan tersebut bukan tanpa sebab, melainkan karena sang raja ingin menikahi seorang bidadari (Supraba) dari Khayangan. Karena keinginannya ini tidak sesuai, maka para dewa pun menolaknya. Sehingga pertempuran itu pun tak bisa dielakkan. 

Karena situasi inilah akhirnya para dewa mencari pertolongan kepada sang maha kesatria, yaitu Arjuna. Kala itu arjuna sedang tapa brata. 

Akhirnya tapa brata Arjuna pun coba digagalkan. Mula-mula tapa brata Arjuna digagalkan dengan cara yang lembut, yaitu dengan mengutus para bidadari. Tetapi Arjuna tidak tergoyahkan dalam tapa bratanya. Karena tidak mempan, akhirnya Bharata Narada turun langsung. Ia berubah wujud dengan menyamar sebagai seorang Resi. Resi ini akhirnya mencoba menggagalkan tapa brata Arjuna. 

"Wahai Arjuna, percuma kau melakukan tapa brata karena pertapaanmu tidak akan mencapai kesempurnaan. Karena tapa bratamu hanya untuk kepentingan dirimu sendiri.."

Kau salah besar Resi.. tapa brataku bukan untuk kepentingan diriku sendiri. Tetapi untuk kemenangan keluargaku  dalam mempersiapkan peperangan bhatarayudha di Kurusetra.” Setelah mendengar jawaban Arjuna, Resi jelmaan Bhatara Narada menghilang, lenyap dari pandangan mata.

Setelah Jelmaan Bharata Narada hilang, muncullah seekor babi yang bernama Mamang Murka yaitu utusan rata nwatakawaca untuk membunuh arjuna. Namun niat jahat dari babi tersebut tidak berjalan dengan mulus. Sebab panah Arjuna dan Siwa lebih dahulu mengarah kepadanya. Sehingga babi tersebut tewas sebelum menjalankan perintah rajanya.

Setelah kejadian itu, Arjuna dan Siwa (sang guru) berselisih. Kata Arjuna panahnyalah yang lebih dahulu menancap ke babi. Begitupun dengan Siwa yang mengakui hal demikian. Sehingga keduanya berselisih paham. Akhinya Arjuna mengalah dan mengakui jika panah Siwa yang lebih dahulu. Karena mengalah, akhirnya Arjuna diberi panah Pasopati oleh Siwa.

Wahai Arjuna, percuma kau melakukan tapa brata karena pertapaanmu tidak akan mencapai kesempurnaan. Karena tapa bratamu hanya untuk kepentingan dirimu sendiri..

Konon dengan panah pasopati itulah Raja Niwatakawaca dibunuh oleh Arjuna, sang Ksatria Pandawa. Dalam cerita lain, terutama pakeliran Jawa gagrak Yogyakarta, Prabu Niwatakawaca adalah putera Arjuna sendiri yang lahir dari Dewi Srikandi. Kelak sukma Prabu Niwatakawaca akan diselamatkan oleh Arjuna dari kawah Candradimuka (neraka) menuju surga tingkat 9.

Paso atau phasu berarti hewan. Sedangkan pati berarti mati. Panah Pasopati berarti yaitu mengendalikan nafsu hewan yang ada dalam diri manusia. Itulah kenapa setelah Arjuna mengalah, akhirnya diberikan panah oleh Siwa. Arjuna sudah mencapai titik dimana ia mampu mengalahkan atau mengendalikan hawa nafsunya kala itu.

Dengan Pasopati itu juga Prabu Niwatakawaca dapat dibunuh. Artinya kedengkian, keserakahan akan dikalahkan dengan cara mengendalikan diri. Prabu Niwatakawaca yang ingin menikahi bidadari, adalah sebuah bentuk keserakahan. Jelas-jelas ia tidak diciptakan untuk berpasangan dengan bidadari, melainkan dengan jenisnya sendiri.

diambil dari : amirisme(dot)blogspot(dot)com.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline