Lihat ke Halaman Asli

Amhalogi

Tendik dan Freelancer

Bertemu dengan Orang Nomor Satu di Ponpes La Tansa

Diperbarui: 26 April 2024   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dokpri)

Awalnya kami dapat tugas ngehenna dadakan ke La Tansa Rangkasbitung. Kebetulan juga, salah satu tim makeup pengantin adalah teman istri ketika mengikuti kursus gratis dari pemerintah yang berlokasi di Cigadung, Pabrik - Pandeglang. Namanya LKP Adistie, waktu itu dipimpin oleh almh. Hj. NinaDari kedekatan itulah, mungkin kami dikontak untuk pasang henna di sana. Setelah dicek lokasinya, jarak dari rumah kami hanya kurang 30 menitan. Setelah shalat subuh, kami pun langsung melipir ke sana dengan mengendarai sepeda motor scoopy.

Ketika tiba di lokasi, ketika itu suasana juga masih gelap dan sepi. Maka kami menggunakan isnting saja. Pencarian awal petunjuk janur dan tenda pelaminan (kalau di kampung2) tapi kalau di kota, pasti karangan bunga parkiran mobil dan jumlah sandal di depan rumah.

Karena kebetulan tempatnya di gedung, kami juga sangat mudah menemukannya. Ditambah pencahayaan lamu di gedung tersebut waktu itu cukup mencolok. Jadinya cukup mudah menemukannya. Kami parkir, dan tanya ruang makeup pengantin ke keluarga/besan di sana.

Sebagai mantan jurnalis, tentu rasa penasaran itu selalu ada, apalagi ketika menemukan objek yang cukup mengganggu pikiran. Kapan dan di manapun penasaran itu selalu melekat. Termasuk dengan acara dua pengantin yang akan melangsungkan pernikahan pagi ini. Siapa mereka? Kok bisa menggunakan tempat ini? Bukankah ini gedung milik Yayasan?

Sempat ngorek informasi dari sang santri yang nerapihkan meja, mereka tidak begitu kenal dengan pengantin pria asalnya dari mana. Tapi pengantin perempuan adalah teman kecilnya. Ungkap santriwati berkaca mata yang juga baru lulus dari UMS jurusan Biologi dari fakultas FKIP. Pas ditanya "asmanipun sinten..." gelagapan. Hehehe

Disela-sela menunggu dan dududk di kursi vip, lalu datanglah seorang perempuan yang langsung disegani oleh anak (santri). Bahkan beliau juga yang pertam kali menawarkan kopi. Pak.. ngopi?, Kopinya hitam, manis apa pahit? Todongnya.

Langsung Dibuatkan segera oleh santriwati yang langsung lari ke tempat atau kamar tempat air panas dan kopi berada.

Awalnya tak begitu menampakkan. Setelah petugas kebersihan saling menggerutu, bahwa ibu tersebut bos besar jadilah penasaran.

Kami duduk berjauhan, tepatnya di meja yang berbeda. Ngobrol basa basi juga. Awalnya nanya pasangan pengantin dari mana. Cowok dari BSD dan perempuan dari Tanjung periuk, anak guru senior di sini katanya. Setelah itu banyak fakta yang diperoleh.

Beliau juga  memperkenalkan diri dengan secara tidak langsung. "Saya kesini paling sabtu dan minggu..." Ungkapnya.

Mendengar pengakuan itu, langsung terbesit dalam hati, jika beliau bukan sembarangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline