"Bahkan hal yang dianggap unfaedah seperti ghibah pun ada faedahnya."
Banyak yang bilang hidup terlalu singkat jika hanya diisi dengan hal-hal yang unfaedah. Hal itu memang benar. Kita tidak tahu kapan kita akan menghadap Sang Ilahi. Waktu hidup kita di dunia sangat singkat.
Filosofi jawa mengatakan "urip iku mung mampir ngumbe". Artinya, hidup itu ibarat beristirahat minum. Bisa dibayangkan betapa singkat hidup kita. Jarak hidup dan mati itu tidak terbentang jauh---ngeri juga ya bahas mati.
Untuk itulah, kita perlu mengisi hidup kita dengan hal-hal yang berfaedah. Namun, nyatanya kita lebih suka melakukan hal-hal yang unfaedah.
Ada banyak sekali hal-hal yang dianggap unfaedah jika dilakukan. Hal unfaedah itu pun ada yang dilakukan secara sendiri dan ada yang dilakukan secara kelompok.
Salah satu contoh hal unfaedah (yang dirasa) sering dilakukan adalah ghibah. Ghibah adalah bahasa lain dari ngerumpi atau ngegosip. Ngerumpi atau ngegosip adalah membicarakan orang lain, cenderung keburukan, tanpa sepengetahuan orang itu.
Mengutip dari Wikipedia, ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya.
Caranya pun bermacam-macam, diantaranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-olok.
Tak dapat dipungkiri bahwa ngerumpi atau ngegosip atau ghibah ini sudah menjadi kebiasaan dan hobi di masyarakat. Dari kalangan tua, muda, bahkan anak-anak tidak bisa lepas dari hal itu. Setiap kumpul, pasti membicarakan orang yang tidak ada di situ. Itu seperti suatu hal yang wajib jika sedang berkumpul. Banyak hal yang dibicarakan.
Hal-hal yang dibicarakan pun dianggap tidak bermanfaat atau unfaedah. Kenapa unfaedah? Karena yang dibicarakan kebanyakan adalah keburukan orang lain.