Lihat ke Halaman Asli

Ramadan Membawa Berkah Juga Resah

Diperbarui: 9 Mei 2020   01:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Marhaban Ya Ramadhan". Itulah kata-kata yang sering diucapkan orang-orang saat ini. Ya, Ramadan telah tiba. Euforia maupun ketegangan pemilu kini agak mereda. Fanatisme antara nomor 1 dan 2 telah usai. Ijtima Ulama pun tampaknya sudah tidak aktual lagi. Kini masyarakat mulai gegap gempita menyambut bulan Ramadan.

Bulan Ramadan disebut juga sebagai bulan puasa. Pada bulan ini memang kita sebagai umat muslim diperintahkan untuk berpuasa. Puasa di sini hukumnya wajib dan puasa sendiri merupakan satu di antara lima rukun islam. Namun, bukan hanya puasa yang menjadi ibadah "khas" di Ramadan. Ibadah lain seperti salat tarawih dan zakat fitrah juga menjadi "khas" dari Ramadan. 

Tak lupa juga ibadah lain seperti salat witir, salat tahajud, salat tasbih, tadarus Al-Quran, dan lain sebagainya. Memang, Ramadan seperti ladang ibadah bagi umat muslim.

Pada bulan Ramadan juga terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Tidak diketahui pasti kapan datangnya Lailatul Qadar. Namun, banyak ulama yang menyatakan bahwa Lailatul Qadar muncul di antara sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Maka dari itu banyak yang berbondong-bondong untuk beribadah pada sepuluh hari terakhir. 

Ada yang full ibadah pada semua malam di sepuluh hari hari terakhir dan ada juga yang hanya pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Perbedaan itu tidak terlalu dipermasalahkan karena tujuannya sama, yaitu supaya mendapatkan keberkahan Lailatul Qadar.

Selain Lailatul Qadar, Ramadan juga memiliki momen penting yang berkaitan dengan Al-Quran, yaitu Nuzulul Qur'an. Nuzulul Qur'an adalah momen turunnya Al Qur'an ke Bumi. Nuzulul Qur'an ini di Indonesia diperingati pada tanggal 17 Ramadan. 

Hal itu menambah keberkahan dari Ramadan ini. Pada bulan Ramadan juga pahala kita akan dilipatgandakan. Maka tidak heran jika masyarakat sangat senang menyambut datangnya bulan Ramadan ini.

Namun, kesenangan itu menurut saya tidak selamanya menyenangkan. Bahkan, saya cenderung takut juga menyambut datangnya Bulan Ramadan. Bagaimana tidak? Selain pahala yang dilipatgandakan, dosa pun ikut dilipatgandakan pula. Jika diandaikan, dosa pun merasa "meri"(meri=iri) jika hanya pahala yang dilipatgandakan. Yang saya takutkan adalah saya tidak bisa mengontrol apa yang saya lakukan. 

Secara dhohir yang terlihat pun masih banyak kemungkinan dosa yang saya perbuat. Apalagi selama keseharian saya selain bulan Ramadan, saya termasuk orang yang sering melakukan hal yang tidak baik dan tidak bermanfaat. Saya masih suka emosian, masih suka ghibah. Bahkan ghibah sudah menjadi hobi. 

Karena sudah menjadi hobi, tanpa setan pun saya pasti sering berbuat salah, baik khilaf maupun sengaja. Itu baru yang dhohir, yang batinnya belum. Jelas lebih banyak lagi keburukan yang bisa saya perbuat, bahkan pada bulan Ramadan sekalipun.

Untuk itulah, saya kadang merasa Ramadan membawa berkah, juga membawa resah. Saya resah jika saya tidak memanen pahala pada bulan Ramadan, tetapi malah memanen dosa. Saya resah jika saya tidak ada bedanya antara Ramadan dengan selain Ramadan, bahkan lebih parah jika Ramadan dosa malah makin menimbun. Untuk itulah, saya lebih suka tidur waktu Ramadan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline