Lihat ke Halaman Asli

Amer Sabili

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi

Life in Twenties

Diperbarui: 21 Oktober 2021   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kehidupan di usia 20an merupakan fase yang cukup sulit untuk Sebagian besar orang. Pada fase ini seorang individu kerap kali merasa gamang terhadap kehidupan serta masa depannya. Berakhirnya batas perkembangan masa remaja yang juga bersamaan terhadap munculnya tuntutan, tekanan, dan tugas individu yang semakin berat dan sulit tak jarang memicu stress. 

Masa transisi dari remaja menuju fase dewasa awal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan individu kedepannya. Fase akhir remaja, seorang individu merasa sudah melalui masa remaja dengan baik tanpa hambatan, namun di sisi lain mereka belum siap untuk menjadi dewasa yang sebenarnya.

Arnett (2004) menyebutkan bahwa pada masa peralihan ini individu harus mempersiapkan diri dengan maksimal sebagai bekal untuk menuju masa dewasa, karena nantinya individu akan mendapat tuntutan yang lebih kompleks baik pengetahuan atau keterampilan untuk persiapan menjadi invidu yang dewasa. 

Masa-masa peralihan tersebut menurut Arnett terjadi Ketika masa ketergantungan di tahap remaja sudah selesai, namun di sisi lain belum tumbuhnya kemampuan individu untuk memikul tanggung jawab sebagai orang yang sudah memasuki usia dewasa membuat individu berusaha untuk lebih berkembang dan mendalami diri dalam hal pendidikan, karir, hubungan percintaan, relasi dengan orang lain dan pandangan individu terhadap kehidupan itu sendiri.

Robbins & Wilner (2001) dalam bukunya yang memperkenalkan konsep quarter life crisis, menjelaskan tentang kesengsaraan yang dihadapi individu ketika mereka dihadapkan untuk membuat pilihan dalam karir, finansial, pengaturan hidup, serta hubungan relasi dengan orang lain. 

Pada usia 20-an banyak individu yang mulai ragu dengan kompetensi yang dimiliki, perasaan bingung dan stagnan dengan tujuan hidup, serta membandingkan diri dengan orang lain yang sudah memiliki pencapaian lebih baik dari dirinya. Kondisi ini dalam dunia psikologis disebut sebagai quarter life crisis atau krisis pada rentan usia 20-30an tahun. 

Ini merupakan periode dimana seorang individu merasa cemas dan khawatir terhadap masa depan dan mulai mempertanyakan kembali apa yang menjadi tujuan hidupnya. 

Dalam menghadapi krisis ini umumnya individu belum memiliki kemampuan untuk menghadapinya, yang menyebabkan individu akan merasa ragu pada kemampuan diri mereka apakah mampu melaluinya dengan baik.

Jennyfer (2019) dalam sebuah artikel online helloSEHAT menyatakan bahwa individu pada usia dewasa awal rentan terhadap keraguan, cemas, stress, bingung dan gelisah terhadap pilihan dalam hidupnya. Hal ini terjadi karena munculnya rasa khawatir individu akan masa mendatang serta kualitas hidup seperti pendidikan, percintaan, pekerjaan, relasi dengan orang lain bahkan perihal keuangan. 

Pada kondisi ini individu mulai mempertanyakan hidup, kecewa dengan kehidupannya karena tidak sesuai dengan tujuan yang dimiliki, tidak memiliki motivasi serta rasa jenuh dalam menjalankan aktivitas namun tidak berani untuk keluar dari zona nyaman, merasa kecewa atas pencapaian yang stagnan, sering meragukan potensi diri, serta adanya tekanan dari lingkungan sekitar.

Rasa ketakutan yang muncul pada kehidupan menjadi salah satu pemicu stress pada fase peralihan ini. Bahkan ketika tingkat stress yang dirasakan cukup buruk hal tersebut akan mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menjalani kehidupan di usia 20an.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline