Saya lupa kapan dan di mana saya dapat informasi pelatihan Joyful Learning dari Seameo Qitep. Tepatnya di akhir bulan Juni 2017 entah itu dari salah satu group whatsapp atau dari postingan kawan saya di facebook awal saya tahu informasi pelatihan tersebut. Saya coba-coba mendaftar pada link yang tertera di pengumuman tersebut. Saat itu saya sedang liburan Idul Fitri di kota kelahiran suami saya, Solo Jawa Tengah. Iseng-iseng saja saya mendaftar. Saya isi semuanya list-nya.
Untuk jenis course ternyata ada banyak jenis pelatihan yang diselenggarakan. Saya memilih pelatihan Joyful Learning yang diperuntukkan bagi guru SMP, karena saya merasa judul pelatihan tersebut lebih girly. Hehehe. Suami saya pun saya daftarkan. Suami saya memilih pelatihan Teaching Aids untuk guru SMP, yang belakangan ini merupakan keputusan yang keliru. Saya merasa pelatihan teaching aids lebih berjiwa cowok. Siapa tahu pas pelatihan disuruh mengamplas, menggergaji atau mengelas untuk membuat alat peraga untuk bantuan mengajar.
Kan saya kurang ahli di situ. Jadi biar suami saya saja yang ikut pelatihan teaching aids. Hehehe kocak juga imajinasi saya saat itu. Pelatihan Seameo Qitep yang saya daftar akan berlangsung tanggal 4 - 17 Oktober 2017. Saat itu saya tidak tahu course mana yang akan diselenggarakan. Pokoknya daftar saja.
Saya segera melupakan pendaftaran Seameo Qitep. Saya ingat lagi dengan beasiswa Seameo Qitep ketika saya mendaftar beasiswa short course Islamic Study ke Jerman. Short Course ini akan disenggarakan bulan Oktober 2017 juga. Saya tiba-tiba ingat pelatihan Seameo Qitep yang saya pernah daftar karena diselenggarakan pada bulan yang sama. Saya berdoa agar diterima yang ke Jerman saja, pelatihan Seameo Qitep tidak keterima ga apa-apa, begitu doa saya. Dibanding pelatihan Seameo Qitep saya lebih sungguh-sungguh mengerjakan application form ke Jerman. Saya buka-buka lagi file-file lama saya mencari surat-surat tugas, serifikat-serifikat, artikel-artikel saya yang menunjang pendaftaran ke Jerman. Pendaftaran Seameo Qitep saya tak mengirim berkas apapun. Yang butuh pemikiran adalah saya mengingat kapan saya tes TOEFL.
Seingat saya, saya tes TOEFL ITP saat saya daftar beasiswa ke US pada tahun 2015, namun saya lupa bulan apa. Saat itu final result-nya beasiswa saya sebagai subtitute. Alhamdulillah apapun itu keputusannya saya tetap bersyukur. Eh malah ngelantur. Kembali lagi ke Qitep, setiap peserta harus menyertakan 3 prestasi yang telah diraih. Saya bingung karena hanya punya 2 yaitu juara 1 OSN Guru Matematika SMP Kota Bogor tahun 2013 & juara 1 guru berprestasi Kota Bogor tahun 2017. Akhirnya 1 kolom lagi saya isi dengan beasiswa saya pernah mendapatkan yaitu beasiswa Teacher Training ke Australia tahun 2013. Pas 3 buah terisi semua.
Pada saat mendaftar Qitep saya belum mendaftar s2 di Universitas Pelita Harapan. Bulan Juli 2017 saya lolos tes sebagai mahasiswa baru program pasca sarjana UPH. Saya juga pindah divisi di sekolah, yaitu ke kurikulum yang sebelumnya saya di Bimbingan Konseling. Tenggelam dalam kesibukan kuliah dan tugas-tugas sekolah dan juga kuliah salah satu faktor yang membuat saya lupa dengan Seameo Qitep. Sampai suatu hari tanggal 12 di bulan September 2017 saya mendapat telepon dari Yogyakarta kalau saya akan diwawancara dalam bahasa Inggris perihal beasiswa Seameo Qitep. Saya terhenyak dalam keramaian.
Saat itu saya dalam perjalanan sehabis mengantar kepala sekolah saya ke tempat tugasnya yang baru menuju rumah sakit mata untuk menengok mamanya rekan kerja yang akan dioperasi katarak. Teman-teman saya menyetel musik kencang-kencang dan bernyanyi-nyanyi sepanjang perjalanan. Saya meminta untuk rechedule dan saya dijadualkan hari itu pukul 16 akan diwawancara dalam bahasa inggris. Setelah dari rumah sakit saya langsung pulang ke rumah. Pukul 16.19 wib saya ditelepon oleh Seameo Qitep. Wawancara lancar walaupun bahasa inggris saya belepotan. Saya diminta mengecek web Seameo Qitep tanggal 20 September 2017.
Oiya beasiswa ke Jerman saya tidak diterima. Sedikit kecewa. Tapi tidak marah dengan takdir Tuhan. Saya bersyukur karena kuliah saya di bulan oktober padat sekali. Saya konsen kuliah saja, begitu pikir saya. Namun di tanggal 20 September 2017 saya penasaran juga ingin melihat siapa saja yang diterima. Saya berdoa agar saya tidak diterima.
Teman kuliah saya di UPH, Bu Niek, yang berasal dari Sekolah Bogor Raya juga mendaftar dan ditelepon oleh Seameo Qitep juga. Namun karena waktunya berbarengan dengan workshop kurikulum IB yang berbiaya mahal, Bu Niek langsung bilang bahwa tidak bisa ikut pelatihan. Bu Niek tak ingin merugikan guru lain yang sebenarnya harusnya bisa lolos. So proud of you! Tanggal 20 september 2017 dari pagi sampai sore saya mengakses web seameo tetapi belum ada pengumuman.
Hari kamis tanggal 21 September 2017 Bu Niek menghubungi saya menanyakan apakah saya lolos. Saya bilang saya sudah cari info kemarin belum ada. Lalu Bu Niek mencarikan untuk saya. Bu Niek memfoto hasil pengumumannya. Dan saya ... diterima. Saya bahagia & sedih campur jadi satu. Saya bingung. Di satu sisi pelatihan yang menarik. Di sisi lain kuliah sedang padat-padatnya, ada 3 uts, kuliah tambahan dan deadline tugas-tugas. Tapi saya yakin ini yang terbaik di dalam skenario yang sudah diatur oleh Tuhan.
Teman-teman, rekan kerja, saudara banyak yang memberi selamat atas prestasi saya ini. Kaprodi saya di UPH, Pak Niko Sudibyo, bahkan meminta saya menyerahkan surat penerimaan agar disimpan sebagai arsip prestasi mahasiswa UPH. Saya masih belum percaya saya menerima anugrah dari Tuhan bisa lolos Seameo Qitep.