Saya mengikuti pelatihan Teacher Writing Camp 4. Saya tertarik di dalam dunia tulis menulis dan alhamdulillah diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan ini. Saya belum mendapat sertifikasi. Sehingga saya menabung untuk mengikuti pelatihan ini. Dan tidak sia-sia saya ikut. Karena di materi hari ini sudah terasa manfaatnya.
Materi 1 diisi oleh Pak Imam Suwandi dari MetroTV. Pak Imam menyampaikan materi tentang “Citizen Journalist via Tongsis Reportase”. Pak Imam menceritakan pengalamannya bergabung di dunia jurnalis. Dari tulis menulis, radio dan media televisi. Menurut Pak Imam semua bias menjad jurnalis asalkan semua dibagikan di media sosial. Ini yang menginspirasi untuk membuat buku “Langkah Otomatis Menjadi Citizeen Journalis”. Buku ini focus di televisi dan video.
Berbicara video, belakangan ini sedang booming tongsis alias tongkat narsis. Pak Imam menggunakan ini untuk meliput. Keren sekali. Karena ide ini tidak terpikirkan oleh saya. Di saat tongsis kebanyakan digunakan untuk mengambil foto, tetapi pak imam menggunakannya untuk mencari berita berbentuk video. Sesi ini peserta sangat antusias terbukti dengan banyanknya pertanyaan. Pak Imam sangat pandai untuk menumbuhkan rasa ingin tahu peserta. Menjelaskannya pun sangat terarah, dapat dimengerti dan pernyataan-pernyataannya sangat cerdas. Awesome Pak Imam! Diakhir acara Pak Imam melakukan tongsis interview bersama Om Jay.
Sesi kedua diisi oleh Ibu Meti Mediya. Bu Meti ini awalnya seorang blogger dan ibu rumah tangga. Kemudian menjadi guru dan tiga bulan ini menjadi dosen. Bu Meti sangat bersemangat dalam menjelaskan. Bu Meti memberikan materi tentang “Share it with Blog: Where do We Start?”. Bu Meti memberikan rumus praktis dalam menulis di Blog yaitu pertama membaca, mempraktekkan, dan menulis. Bila bingung mulailah dengan hobi kita, apapun itu. Kemudian kita haruslah menyertakan foto, karena dalam dunia blogger NO PIC IS HOAX.
Kunci utama dalam menulis adalah menjadi diri sendiri. Tidak usah takut dibandingkan dengan penulis ternama. Karena setiap orang mempunyai karakter tulisan sendiri-sendiri. Bahasa tulisan haruslah sederhana dan mudah dimengerti oleh orang lain. Karena yang banyak membaca adalah orang lain. Penulis yang baik adalah penulis yang dapat berkomunikasi dengan pembaca melalui tulisannya. Pembaca merasa bercakap-cakap dengan penulis. Kemudian Bu Meti memberikan tips apabila kita stuck dalam menulis. Tipsnya yaitu mencari foto unik dan membagikannya di blog bersama artikel yang mendukung.
Tugas pertama telah menanti. Yaitu membuat tulisan tentang sesi sebelum dzuhur dan mempostingnya di facebook dan membagikannya di Komunitas Sejuta Guru NgeBlog. Penilaian diumumkan setelah sholat jumat. Alhamdulillah saya mendapatkan hadiah untuk tulisan yang menginspirasi.
Untuk materi ketiga, saya bertemu dengan guru inspiratif tahun 2014 yang bernama Ibu Susi Sukaesih. Beliau terpanggil untuk menjadi guru. Walaupun kuliah S1 bukan dari kependidikan, tetapi karena terpanggil untuk menjadi guru beliau mengambil akta IV. Bu Susi sangat inspiring. Beliau di usia yang 28 tahun sudah membangun sekolah. Semua berawal dari keprihatinan beliau karena banyak anak putus sekolah di sekolah tempatnya mengajar. Beliau mendirikan sekolah dengan uang pinjaman yang sampai saat ini belum lunas pengembaliannya. Sekolahnya menitikberatkan pada wirausaha. Sekolah tersebut bernama SMK ITACO Bekasi.
Anak-anak yang tidak sekolah itu diajak untuk bersekolah di sekolah Bu Susi dan diberikan pengalaman kewirausahaan. Produk yang dihasilkan adalah pin, mug serta kaos untuk anak-anak. Mereka juga menulis blog dan buku yang menceritakan tentang kewirausahaan. Mereka pada awalnya dipaksa terlebih dahulu dalam membuat blog melalui tugas-tugas sekolah. Lama kelamaan mereka terbiasa dan dilanjutkan menulis buku. Daripada social media digunakan untuk menuliskan kegalauan, lebih baik dimanfaatkan untuk sesuatu yang menginspirasi orang lain dan yang menghasilkan uang.
Menurut Bu Susi, NARSIS IS IMPORTANT. Bu Susi memfoto lima muridnya yang sedang belajar dengan satu computer, lalu mempostingnya ke media social. Tanggapan dan komentar pun berdatangan. Termasuk dari Bank Dunia yang memberikan 10 buah CPU kepada sekolah Bu Susi. Dalam penyampaian materi Bu Susi lebih banyak menceritakan sekolahnya dan prestasi yang sudah beliau raih. Penyampaian Bu Susi yang bersemangat, jelas, menggunakan bahasa yang sederhana, di sertai beragam foto-foto kegiatan membuat sajian Bu Susi semakin menarik.
Pengenalan apa itu Kompasiana dan Guraru.org menjadi materi selanjutnya. Pak Iskandar Zulkarnaen menjelaskan secara panjang lebar mengenai crowdsourcing yang mendunia. Crowdsourcing adalah sesuatu yang dulu dilakukan oleh segelintir orang namun pada saat ini dilakukan oleh banyak orang. Misalnya adalah menulis. Jaman dahulu menulis hanya keahlian wartawan, namun sekarang menulis bisa dilakukan siapa saja, di mana saja. Ini adalah ide awal dari KOMPASIANA.COM. Kompasiana sangat bermanfaat untuk guru yang ingin meningkatkan kemampuan menulisnya. Belajarlah untuk menjadi guru cerdas dengan menulis sendiri tulisannya, tidak dengan mengkopi tulisan orang lain. Karena bila mengkopi akan dihapus oleh admin kompasiana.
Beruntunglah saya dapat mengenal Pak Sukani sang pemenang Guraru Award tahun 2013. Saya pada awalnya menyangka Pak Sukani adalah guru TIK atau guru Bahasa, karena sangat aktif di blog. Ternyata Pak Sukani adalah guru matematika seperti saya. Sangat menginspirasi saya. Pak Sukani memberikan contoh-contoh bahan ajar matematika.
Kejutan hari ini belum tuntas ternyata. Masih ada Pak Thamrin Sonata yang memberikan cara-cara menerbitkan buku. Kami sangat antusias mengikuti sesi ini. Kami ditantang untuk membuat buku karya rame-rame dan akan diterbitkan 2 bulan lagi. Kami menjadi bersemangat. Ternyata membuat buku sangat mudah. Yang menjadi sulit adalah kemalasan dan mindset kami.
Sehabis makan malam kami mendapatkan tugas untuk memposting tulisan di Kompasiana dan Guraru. Pak Namin sang Motivator Kreatif memberikan pengalaman menulisnya. Sungguh saya terkantuk-kantuk dan sedikit menggerutu dengan sesi malam hari ditambah tugas-tugas tulisan di Kompasiana dan Guraru yang belum selesai. Pak Namin menambah penderitaan saya dengan menyuruh membuat tulisan tentang video yang ditayangkan. Sakitnya tuh di sini, sambil menunjuk mata karena kantuk. Mau ga mau saya menulis apa yang saya pikirkan tentang video tersebut.
Tuhan berkehendak ingin menegur saya dengan kejadian ini. Ketika diumumkan pemenang penulisan video tersebut, saya termasuk salah satu pemenangnya. Alhamdulillah. Pak Namin menguatkan bahwa kita bisa, kita mampu menulis walau dalam keadaan terpaksa sekalipun. Iya benar pak Namin. Mindset saya yang membatasi saya untuk menulis. Berpikirlah hebat, maka kita akan menjadi hebat. Berpikirlah besar, maka kita akan menjadi besar.
Alhamdulillah hari ini sangat menyenangkan dan saya mendapatkan banyak ilmu. Terima kasih Tuhan.
[caption id="attachment_386292" align="aligncenter" width="500" caption="berjuta ilmu di TWC 4"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H