Lihat ke Halaman Asli

Amel Widya

TERVERIFIKASI

PPNASN

Puisi | Tungku Berahi di Dapur Ibu

Diperbarui: 18 Mei 2019   21:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vektor: pngdownload.id

1

Aku rindu rendang Ibu.

2

Pada ulang tahun kesebelas, ketika kali pertama darah menstruasi menakutiku, Ibu mengajakku belajar memasak rendang. Perempuan harus mahir memanjakan lidah lelaki, kata Ibu.

Saat itu aku tidak ingat apa-apa, selain lezat rendang masakan Ibu dan darah di pangkal paha yang bikin gatal-gatal.

3

Enam tahun setelahnya, menjelang Lebaran, Ibu menuntunku ke dapur. Kata Ibu, aku mesti lebih bergairah dalam urusan memasak. Katanya lagi, gairah bukan di ranjang saja. Sebaiknya dapur juga dihiasi berahi, biar lelakimu tidak mencintai masakan perempuan lain.

Nahasnya, hari itu ingatanku lekat pada lelaki yang berkali-kali melumat bibirku.

4

Ibu punya 69 cara memasak rendang. Sementara aku, pada ulang tahun ketujuh belas itu, hanya sempat mencatat empat hal:

Satu: Rebus daging bersama sebatang sendok tembaga. Biar lunak dan empuk. Aku mengira Ibu bercanda. Ternyata tidak. Sendok tembaga rupanya pengantar panas dan daging akan melembut karenanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline