Lihat ke Halaman Asli

Amel Widya

TERVERIFIKASI

PPNASN

Menangkal Diskon Akal Bulus dan Tragedi Teknologi Finansial

Diperbarui: 15 Desember 2018   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: portcalls.com

Jika ada yang menyatakan bahwa budaya membaca kita rendah, itu ada benarnya. Berapa orang yang membaca buku petunjuk ketika membeli barang tertentu? Jika ada yang mengatakan bahwa budaya mendengar kita tinggi, itu tidak sepenuhnya benar. Berapa banyak orang yang mendengarkan pengumuman petugas di stasiun kereta tentang pemakain eskalator--sisi kanan untuk yang berjalan cepat dan sisi kiri bagi yang berdiri diam?

Itu ilustrasi saja. Meski begitu, ilustrasi tersebut sejatinya merupakan alarm atau pertanda agar konsumen belanja daring di Indonesia lebih berhati-hati. Perangai konsumen di Indonesia memang ajaib. Kalau membeli makanan jarang diperiksa masa kedaluwarsa, lalu mengeluh dan menggerutu ketika diserang menceret. Kalau membeli kosmetik jarang dibaca petunjuk penggunaan, kemudian meradang dan menggerunyam ketika kulit bermasalah.

Sementara itu, teknologi terus berkembang. Ekonomi digital maju demikian pesat, termasuk teknologi finansial (financial technology), niaga daring (e-commerce), dan layanan sesuai pesanan (on-demand service). 

Mereka yang semula berletih-letih ke bank, berperang melawan bosan saat mengantre, serta berharap-harap cemas menanti keputusan pengajuan pinjaman, kini boleh menghela napas lega dan berleha-leha karena "bank daring" sudah tersedia di gawai.

Mereka yang memendam kesal karena jalanan macet saat menuju toko langganan, yang tidak henti-henti menyeka peluh di pasar tradisional, yang menahan pengar karena mal dipadati pengunjung, kini sudah bisa senyam-senyum karena leluasa membeli barang tanpa ke luar rumah.

Mereka yang sering mendongkol saat menunggu angkutan umum, yang kerap mengeluh ketika kendaraan yang ditunggu tidak kunjung muncul, yang suka merenyet akibat tagihan argometer taksi jauh di luar perkiraan, kini bisa bersenandung riang karena kehadiran kendaraan daring.

Walau demikian, kemudahan sering kali seiring sejalan dengan kesulitan. Konsumen ekonomi digital tidak luput dari serbuan kesulitan di balik kemudahan yang mereka terima. Semacam "jebakan batman" yang memerangkap konsumen.

Keluhan Konsumen di Simpang Jalan

Jika kita membeli barang di toko maka kita bisa memilih sesuai model, kualitas, atau harga yang diinginkan. Jika barang belian itu bermasalah, kita bisa mengembalikannya ke toko lengkap dengan omelan dan desah kecewa.

Bagaimana kalau kita belanja daring? Apakah ada yang sudi menyimak keluhan kita setabah pramuniaga di toko? Apakah kita boleh mengembalikan dan menukar barang yang ternyata bercacat atau tidak sesuai keinginan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline