Lihat ke Halaman Asli

Amel Widya

TERVERIFIKASI

PPNASN

Menabur Benih Ekonomi Digital di Ladang Harapan

Diperbarui: 19 Desember 2018   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: thegrcinstitute.org

Revolusi Industri 4.0 di depan mata. Kini kita berada di tengah zaman yang bergantung pada kemajuan teknologi. Suka atau tidak, kita mesti menjalin kemitraan dengan mesin. Hampir seluruh aktivitas keseharian kita pilin-memilin dengan data, internet, dan mesin.

Teknologi digital pun sudah merambah sektor ekonomi. Pasar, bank, dan layanan transportasi kini ada dalam genggaman kita. Mau beli apa saja tinggal mengeklik toko daring (e-commerce); mau pinjam uang tinggal mengontak penyedia layanan pinjam-meminjam uang (financial technology); mau ke mana-mana dan apa saja tinggal membuka aplikasi layasan sesuai permintaan (on-demand service).

Transaksi berlangsung dalam sekejap tanpa ke luar rumah. Sekali klik, beberapa jenak kemudian sudah kelar. Pendek kata, hidup kita kian dimudahkan dan dimurahkan oleh kemajuan teknologi. Dalam sektor ekonomi, kebaruan teknologi itu kita kenal dengan sebutan ekonomi digital.

Bibit Unggulan Bernama Ekonomi Digital

Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia sedemikian lesat selaras dengan pertambahan pengguna internet yang sangat pesat. Berdasarkan Data Statistik Pengguna Internet di Indonesia pada 2017 yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pertumbuhan pengguna internet meningkat pesat.

Pengguna internet di Indonesia pada 2017 sekisar 143,26 juta jiwa atau 54,68% dari 262 juta orang penduduk Indonesia. Pada 2016, pengguna internet mencapai 135,70 juta. Dengan demikian, terjadi peningkatan sebanyak 10,56 juta pengguna atau naik sebesar 7%. Itu jelas potensi besar!

Kita akan semakin terperangah dan berdecak-decak keheranan jika mundur ke tahun 2010. Kala itu, pengguna internet di negeri tercinta ini masih pada kitaran 42 juta. Jumlah pengguna internet bertambah tiga kali lipat hanya dalam rentang tujuh tahun. Lebih mencengangkan lagi, sepuluh tahun sebelumnya (2007) malah baru pada kisaran angka 20 juta pengguna.

Meski begitu, ada satu perkara yang dapat memicu kerutan di kening kita. APJII menyuguhkan data terkait ketimpangan jumlah pengguna internet berdasarkan wilayah pengguna. Sebanyak 83,20 juta atau sekira 58,08% dari seluruh pengguna internet di Indonesia berada di Jawa.

Sekarang mari kita tilik pengguna internet di pulau lain di Nusantara. Pengguna internet di Sumatera mencapai 27,35 juta orang (19,08%); di Kalimantan sebanyak 20,88 juta (7,97%); di Sulawesi sebanyak 17,63 juta jiwa (6,73%); di Balu-Nusa Tenggara mencapai 14,75 juta orang (5,63%); dan Maluku-Papua sebanyak 6,52 juta jiwa (2,49%).

Andai kata seluruh pengguna internet di luar Jawa disatukan, jumlahnya masih kalah dibanding pengguna internet di Jawa. Tentu saja banyak aspek yang memengaruhi, di antaranya sebaran jumlah penduduk, tetapi sisik-melik ketimpangan itu tidak akan diulas dalam tulisan ini.

Apa yang dapat kita tengarai dari data itu? Seandainya jumlah pengguna internet kita ibaratkan lahan, maka tersedia lahan yang sangat luas untuk menumbuhkembangkan ekonomi digital. Lahan itu tidak hanya luas, tetapi sekaligus subur dan menjanjikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline