1
Di diskotek, ia duduk sendirian. Tanpa rokok, bir, dan ekstase. Kepalanya mengangguk-angguk, matanya mengedip-ngedip, jemarinya mengibas-ibas asap rokok yang bergulung-gulung mendekati wajahnya.
Sepasang lelaki berpelukan di pojok kiri; sepasang wanita berciuman di pojok kanan; seorang lelaki paruh baya, di depannya, meremas tetek gadis--yang lebih kecil dari payudaranya.
2
Di taksi, ia ingin sekali mencongkel mata supir yang jelalatan mengintai pangkal susunya. Hingga turun, mata si supir bagaikan sepasang tangan kudisan tengah menggerayangi sekujur tubuhnya.
Sebelum membanting pintu taksi, ia melihat pantat lelaki buncit di belakang setir itu bagai duduk di kursi berkutu.
3
Di gang menuju rumahnya, masjid sudah terjaga. Muazin baru saja memanggil-manggil jemaah. Para tetangga, yang bergegas ke masjid dan berpapasan dengannya, serentak kasak-kusuk sambil melirik kepadanya. Sebagian meneguk ludah, sebagian lagi mencebik.
Jemaah perempuan bisik-bisik seperti kawanan semut merayakan temuan sebutir gula. Tiba-tiba mereka menjadi hakim dengan mata paling palu.
4
Di rumah, kantuk sudah menanti. Tetapi anaknya harus sarapan sebelum ke sekolah. Belajar akan berat kalau perut kosong. Ia masih menahan kantuk ketika mengantar anaknya hingga ke pagar.