Apakah kalian tahu bahwa hampir sebagian besar hal yang kita lakukan itu berkaitan erat dengan senyawa kimia? mulai dari air yang kita gunakan setiap hari hingga bahan bakar kendaraan yang ada, itu merupakan bentuk nyata dari penggunaan senyawa kimia. Lantas dari mana adanya senyawa kimia itu? Dalam pendidikan di bangku sekolah tentunya pembelajaran mengenai senyawa kimia tidak asing di telinga kita.
Namun tahukah kalian bahwa senyawa kimia ini ada dikarenakan adanya gabungan dari atom-atom yang membentuk sebuah molekul?.
Dimana dalam kajian mengenai pembentukan atom dan molekul ini sering kali tidak dikaitkan dengan agama. Hal itu dikarenakan adanya anggapan bahwa dalam agama hanya menerangkan persoalan mengenai ibadah saja. Namun pada kenyataannya dalam agama Islam, yang mana memiliki kitab suci bernama Al-Qur`an telah menjelaskan berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan, salah satunya mengenai atom dan molekul.
Hadirnya ilmu kimia itu tak lepas dari paradigma epistemologi integrasi Islam dan sains. Mengapa demikian?
Karena dari adanya pemikiran tersebut mengispirasi para tokoh-tokoh muslim untuk lebih dalam mengkaji hubungan islam dan sains yang berkaitan dengan kimia. Sebut saja Jabir bin Hayyan yang dikenal sebagai bapak kimia, dimana ia menjadi penemu pertama atom besi.
Lalu bagaimana bisa Jabir bin Hayyan dapat menemukan ilmu mengenai atom besi itu?
Semua itu bermula ketika dirinya membaca surat Al-Hadid dan ketika sampai di ayat ke-25 yang mana dalam salah satu penggalan ayatnya menyebutkan "kami turunkan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan banyak manfaat bagi manusia". Kemudian Jabir bin Hayyan pun tergerak untuk mengkaji lebih dalam mengenai ayat tersebut. Dari tindak laku yang dilakukan Jabir bin Hayyan merupakan bentuk penerapan mengenai adanya paradigma integrasi Islam dan sains melalui aspek bayani. Dimana Al-Qur`an dijadikan sebagai rujukan untuk memahami konsep-konsep dasar kimia beserta hukumnya.
Apakah setelah menemukan aspek bayani dari suatu ilmu kita hanya mengkajinya melalui aspek bayani saja?
Jika dilihat dari kisah Jabir bin Hayyan, ia langsung tergerak untuk membuktikan mengenai kandungan keilmuwan ayat tersebut. Dengan melakukan uji coba di laboratorium yang terletak dirumahnya, Jabir bin Hayyan pun menguji seberapa kuat besi itu. Sehingga dalam kalamnya, Allah menyebutkan bahwa besi merupakan suatu elemen yang begitu kuat. Hal itu termasuk dalam penerapan aspek burhani, yaitu adanya pembuktian nyata dengan melakukan eksperimen dan observasi secara empiris.
Sedangkan dalam pendekatan irfani terdapat adanya penekanan melalui pengalaman spiritual langsung dari adanya realitas yang terjadi. Itulah yang dilakukan Jabir bin Hayyan yang memahami besi sebagai suatu elemen yang menghubungkan antara spiritual dan ilmiah. Dimana adanya penemuan dari adanya atom besi beserta pengujian kekuatan besi tidak hanya mengarahkan pada penemuan ilmiah saja, tapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mengapa demikian?