"Mimpi KPR, Gaji UMR"
"Pejuang Rupiah"
"Kebanyakan Jajan Kopi, Sampai Lupa Kejar Mimpi"
"Let'it Flow Ngikutin Cash Flow"
"Gaji Numpang Lewat"
Ungkapan diatas mungkin acap kali terdengar berseliweran pada percakapan anak muda zaman now. Ya, memang kondisi ekonomi yang melesu saat ini memang agaknya cukup menantang bagi hampir semua orang, tidak terkecuali oleh anak muda khususnya generasi millenial (lahir tahun 1981-1996 atau rentang usia kini 24 -31 tahun) maupun generasi Z ( lahir tahun 1997-2012 atau kini berusia antara 8 -23 tahun). Mereka secara rerata berada pada usia masa sekolah sampai dengan usia kerja.
Harga kebutuhan pokok yang tinggi, biaya kebutuhan hidup yang terus meningkat, tidak semerta-merta diimbangi dengan kenaikan gaji, inflasi tinggi, sulitnya mencari pekerjaan karena lapangan kerja tidak sebanyak dulu, distruptive teknologi merupakan contoh beberapa penyebab problematika yang terjadi di masa modern ini, termasuk di Indonesia.
Mengutip catatan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 57,33 juta orang atau setara 21,45% dari total penduduk pada 2019. Lalu, pada 2024 hanya tersisa menjadi 47,85 juta orang atau setara 17,13%. Artinya, sebanyak 9,48 juta penduduk kelas menengah turun kelas.
Fenomena penurunan middle class income di Indonesia ini nyata adanya, terlebih lagi seringkali yang terjadi di tanah air adalah usia produktif juga memiliki peran ganda sebagai generasi sandwich.
Apa itu Generasi Sandwich?
Menurut Merriam-Webster Dictionary (2016) Generasi Sandwich atau generasi roti lapis (Sandwich Generation) merujuk kepada individu yang tidak hanya mengurus diri sendiri, tapi juga orang tua dan anak-anaknya.
Atau dengan kata lain satu orang usia produktif (Gen Z yang rentang usianya telah bekerja keatas) menanggung kebutuhan biaya hidup orang tua, adik yang belum bekerja serta diri dan keluarganya apabila ia telah menikah. Bagaimana dengan multiple income? Untuk beberapa individu yang telah menikah, multiple income strategi ini cukup membantu, namun memang tidak dapat disinyalir, banyaknya jumlah saudara atau anak dalam satu keluarga, terkadang menjadi salah satu faktor yang cukup besar mempengaruhi jumlah besaran biaya hidup dari sandwich generation. Bahkan tidak jarang, anak menjadi tulang punggung bagi keluarganya, tepatnya orang tua serta seluruh adik-adiknya yang belum bekerja.
Film Home Sweet Loan (HSL)