Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Refleksi dan Meditasi dalam Menyelesaikan Masalah

Diperbarui: 9 April 2022   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Hai guys, gue Naila. Seorang gadis remaja yang sekarang menduduki bangku perkuliahan. Gue melanjutkan pendidikan, di salah satu Universitas yang ada di Jakarta dan sekarang gue berada di tingkat dua atau semester empat. Di kampus, gue terkenal dengan cewek yang super aktif, yah karena gue gak bisa diam heehee. Kepribadian gue yang aktif, ceria, humoris, bersosial dan ramah membuat gue di senangi banyak orang termaksud teman-teman dan dosen gue. Sudah dua tahun gue melewati bangku perkuliahan dan gue sangat bersyukur karena gue belum pernah mendapat masalah dan gue merasa bahwa itu adalah kebahagiaan serta keamanan bagi kehidupan gue. Tapi perkiraan gue salah besar. Ketika gue mendapat masalah, pada saat itu juga gue sadar bahwa banyak hal yang menurut gue baik ternyata tidak sesuai dengan fakta yang selama ini saya lihat. Penasaran gimana ceritanya?? Sini gue ceritain, This is the story and it's all a lesson for me, Happy reading

"Krinnggg" terdengar bunyi handphone, pertanda ada pesan WhatsApp yang masuk. Dengan cepat ku raih handphone yang ada di atas meja. Ku lihat di layar handphone ada pesan masuk dari salah satu dosen yang memerintah aku untuk turun ke lantai satu untuk menemuinya. Dengan cepat ku langkahkan kaki ku menuruni anak tangga satu demi satu dengan hati-hati. Ketika aku sampai di anak tangga terakhir, aku melihat segerombolan teman-teman sekelas ku yang sedang mengerumuni salah satu dosen yang ada di kampus kami. Karena penasaran, aku melangkahkan kaki ku menuju mereka ingin tau apa yang sebenarnya sedang terjadi di sana.

"Pak minta tolonglah, beri saya kesempatan untuk mengulangi" kata Aida.

"Saya juga pak, masa nanti nilai saya segitu? bisa-bisa saya tidak lulus pak" sahut Rani melanjutkan

"Iya pak, masak Susan bisa mengulangi dan kami tidak??" lanjut Tina

Ketika aku melihat mereka memohon dengan memakai ekspresi yang menyedihkan, dengan seketika seperti ada yang menggelitiki perut ku dan ingin aku tertawa terbahak-bahak, namun ku urungkan niat ku karena aku melihat situasi yang lumayan menegangkan. Aida adalah teman sekelompok ku yang bisa dikatakan teman ku untuk memulai lelucon. Makanya, ketika aku melihat dia seperti itu, aku ingin tertawa terbahak-bahak dan mengejeknya.

"Makanya jadi cewek tu, harus cantik dan glowing" ujar ku dengan spontan untuk mengejek Aida.

Satu kalimat spontan ini, membawa aku masuk ke dalam lubang masalah. Yah ini adalah akar permasalahannya. Yang bisa di katakan itu adalah kalimat yang sepele dan candaan, tapi berujung penyesalan.

"Oh, harus cantik ya pak, baru bisa mengulangi. Kami yang jelek-jelek ini gak bisa??" Ujar Rani.

Dengan seketika aku terkejut mendengar perkataan Rani yang begitu pedas menyerang dosen tersebut. Kebetulan aku juga dekat pada dosen tersebut karena dia adalah dosen pembimbing ku sendiri di kampus itu.

"Bapak pilih kasih sekali, mereka bisa mengulangi kami tidak. Inikah yang dinamakan dengan dosen??" lanjut Tina

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline