Air mata langit membasahi lengkung pipi sebuah negeri
Tanah bergolak
Berperang nasib dengan rumput rumput
Tak tahu diri
Berpijak namun menginjak
Batu batu yang tenggelam di palung sedimen membelalak
Tak ketinggalan menggelar persekutuan
Bersama angin memberi kuliah pada manusia
Selokan selokan yang sudah lelah menjadi pengemis harapan
Turut membuncahkan isi perut yang lama tertahan
Mual muntah mendapati makhluk yang dilabeli sebaik baik ciptaan
Menikahkan mereka dengan benda mati warna warni beraneka rupa
Bukan satu atau dua
Sudah tak terhitung dengan jari tangan dan kaki semua
Selokan berkeringat
Menahan diri melarung caci maki
Menyaksikan manusia saling membenarkan diri
Si paling paling suci seantero negeri
Pada akhirnya melemparkan salah pada mereka yang memuncaki Piramida tertinggi
Mempertanyakan keadilan yang selama ini mereka ocehi namun selalu dinanti
Enakkah menjilat ludahmu sendiri wahai saudari?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H