Lihat ke Halaman Asli

Amelina Junidar

Guru SD Islam Al Azhar 67 Bukittinggi

Netizen, Pekerjaan Paling Diminati Walau Tanpa Gaji

Diperbarui: 20 Maret 2023   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia minus lapangan kerja. Yakin?

Ah, hoaks itu. Bohong. Pembohongan publik. MANA MUNGKIN. Yang benar itu lowongan pekerjaan terbuka di mana mana. Tak perlu sarjana atau ijazah beraneka rupa untuk meraih titel seorang pekerja. Modal minimalis pun bisa mengantarkan kita bekerja di sebuah lembaga, lembaga permasyarakatan misalnya. Oops. Haha.

Bukan lapangan pekerjaannya yang tak ada, hanya saja manusia yang terlalu selektif menentukan jalan takdirnya. Padahal udah disediakan, tinggal apply terus menerima bulanan. See? Banyak yang lebih memilih bekerja dari rumah seraya menjentikkan jari. Tidak digaji namun antusiasmenya tinggi. Walau bisa berakhir dengan jeruji besi, tanpa henti berapi-api mengurusi berbagai hal, baik itu tercela ataupun terpuji.

Sudah ketebak dong ya? Yup, NETIZEN. Berselang tahun, pekerjaan ini terus berganti nama, memperbaharui identitas, di sini kita note ya guys, bukan citra tapi identitas. Nggak tau deh ujungnya ke mana dan buat apa. Padahal intinya tetap aja merecoki mencaci maki tanpa peduli syariat dan norma. Dulu pernah istilahnya itu disebut warganet alias warga internet. Nah sekarang lebih keren lagi, netizen alias penduduk internet. See? Sama aja sebenarnya, warga sama penduduk emang beda di mananya?

Percaya atau tidak, profesi ini paling diminati di Indonesia negara kita tercinta ini. Belum survey saja sudah ketahuan, berapa juta orang yang begitu mencintai profesi ini. Ada yang kepentingannya supaya viral, nama berkumandang di seantero negeri mengalahkan lagu kebangsaan. Ada lagi yang sengaja mencoba adrenalin baru, tantangan baru. Merasakan suasana dikelilingi pagar besi yang luasnya berapa kali berapa dan bersosialisasi dengan sarden-sarden lain yang sejenis. 

Cukup menarikan jari jemari saja di atas keyboard, maka netizen yang maha benar bisa membalikkan keadaan. contohnya saja salah satu warung makan di Jawa dulu yang akhirnya gulung tikar gara-gara repost-an netizen yang budiman. Fitnah berujung petaka. Bisa dibikinkan satu drama azab Indos*ar lho itu. Tapi jangan salah, segala sesuatu yang baik dan mengagumkan pun mampu diciptakan oleh mereka, macam promosi resto atau kafe baru sampai pada promo pariwisata baru. Yah, walau tetap saja, di bidang negatifnya mereka lebih menonjolkan diri. Lebih dominan, karena apa? Karena manusia lebih senang melihat orang susah, dan susah melihat orang senang. Sifat alami manusia. Dalam psikologi, namanya itu fenomena Schadenfreude. Bukan gangguan kejiwaan, hanya saja memang ada dalam diri manusia, tentu dengan berbagai faktor yang mengiringinya pula.

Beberapa artis sebut saja Denada dan Deddy Corbuzier adalah salah dua di antara banyak artis yang menempuh jalur hukum untuk memberikan efek jera kepada netizen yang terlalu gemulai jari jemarinya. Dalam kasus Denada, netizen yang merasa si paling suci mengumpat gaya berpakaian si selebriti lalu merembet ke masalah sang anak yang disumpahi menjadi korban pemerkosaan. Siapapun akan cuek jika digoyang dengan komentar miring, but sampai ke si anak lho. Jangan coba-coba, naluri kebapakan ibu pun pasti akan serta merta berkobar jika menghadapi hal seperti ini. Kritik itu tak salah, hanya saja cara penyampaiannya yang mirip umpatan membuat luka yang lebih mengerikan daripada sabetan pedang. Misal memang beliau berpenampilan seperti itu, ya cukup ingatkan beliaunya saja. Toh, dalam Islam, memang saling mengingatkan dalam kesabaran dan kebajikan itu ditegaskan dalam Al-Ashri ayat 3. Tapi ya, mbok jangan merembet ke si anak kecil tak berdosa. Ibaratnya Bu RT sama konco koncone lagi jambak-jambakan terus nggak sengaja lewat si anak, akhirnya si anak juga ikutan dijambak. That's nonsense, bro!

Tak ketinggalan, master Deddy Cahyadi, atau yang lebih dikenal dengan Deddy Corbuzier yang sekarang jadi the king of podcast Indonesia. Bapak-bapak anak satu penggemar berat gym ini tahun 2016 lalu pernah mempolisikan empat netizen sekaligus karena melakukan hal tidak menyenangkan dan pencemaran nama baik. 

Selain dua public figure di atas, adalagi Bang Atta Halilintar, King of Youtube yang juga pernah 'hampir' (hampir loh ya) mempolisikan seorang netizen karena mendoakan sang istri, Aurel Hermansyah, mati. Baru hampir aja udah sengeri itu ya guys, apalagi kalau kejadian. Kan namanya si netizen minta jatah hidup langsung dikurangi sama Izrail.

Nah, kan udah pada fahim dong ya gimana profesi ini track dan recordnya? Boleh jadi netizen yang budiman, taoi yang memang benar benar berbudi ya guys. Siapa tahu ujug ujug jadi selebgram, dapat endorsan dan berujung perekonomian membaik. Mantap itu. Tapi kalau sebaliknya, mohon maaf. Bukannya mau mengurusi urusan orang lain loh ya, cuma mengingatkan bahwa suka nyinyir sama kehidupan orang lain itu merupakan gejala awal dari bipolar alias kepribadian ganda. Wow!   




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline