[caption id="attachment_120638" align="aligncenter" width="270" caption="Lukisan Jane Austen yang digambar oleh kakaknya-Cassandra"][/caption] Miss Austen merupakan seorang penulis wanita yang terkenal, yang meskipun telah 150 tahun semenjak buku keduanya (dan yang paling terkenal) diterbitkan - Pride and Prejudice - karya-karyanya masih diminati oleh banyak orang, dan tetap menarik untuk dijadikan objek pembahasan. Saya sendiri pernah mencoba membaca Pride and Prejudice (versi bahasa inggris) yang diterbitkan oleh Wordsworth, namun terhenti di Chapter 15. Mungkin karena karya ini merupakan karya klasik dan menggunakan bahasa asing-nya bahasa inggris, saya menjadi kesulitan dalam memahami karakternya, dan lebih sibuk dalam menginterpretasikan kata per kata. [caption id="attachment_120633" align="aligncenter" width="300" caption="Pride and Prejudice-Wordsworth Publishers"]
[/caption] Pandangan Jane terhadap suatu hal, kepribadiannya yang witty, dan kecerdasannya, seringkali terefleksi dalam karakter-karakter di novelnya. Contohnya dalam Pride and Prejudice. Ketika saya mencoba memahami karakter Elizabeth Bennet, saya mulai membayangkan bahwa sebenarnya Jane Austen tengah menggambarkan kepribadiannya sendiri. Untungnya pada tahun 2007, Miramax Films membuat film Becoming Jane, yang diangkat dari kisah hidup Jane Austen ketika ia berumur 20 tahun.
Genre dalam film ini romantic dengan beberapa adegan comedy dibagian awalnya, dan sedikit air mata pada ending-nya.
[caption id="attachment_120634" align="aligncenter" width="300" caption="James Mcavoy dan Anne Hathaway - Leading actors on Becoming Jane"]
[/caption] Miss Austen yang unik dan berbeda dengan kebanyakan wanita Inggris pada umumnya, mengalami dilema karena ia tidak mau menikah tanpa adanya perasaan sayang. Dan ketika akhirnya ia jatuh cinta kepada seorang pria, dan pria tersebut juga mencintainya, mereka tidak dapat bersama. Tom Lefroy bukanlah seorang yang mapan, ia hanyalah mahasiswa hukum yang baru saja lulus dan semua biaya hidupnya ditanggung oleh pamannya. Sedangkan Jane, sama seperti perempuan-perempuan muda lainnya: dipersiapkan oleh orangtuanya untuk dapat dinikahkan dengan pria kaya. [caption id="attachment_120636" align="aligncenter" width="300" caption="Thomas Langlois Lefroy-The Love interest in Jane Austen"]
[/caption]
Mereka bertemu di Steventon pada tahun 1795, ketika Lefroy sedang berlibur ditempat salah seorang kerabatnya. Ketika mereka bertemu pada suatu acara pertemuan sosial, mereka mulai jatuh cinta dan kemudian melakukan hal-hal yang tidak dapat dibayangkan pada masa itu.
Ok, stop! Jika anda membayangkan mereka melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh ”anak muda” saat ini, maka anda sangat keliru.
Yang saya maksud dengan ”hal-hal yang tidak dapat dibayangkan pada masa itu” adalah seperti menari bersama sebanyak tiga kali berturut-turut, berpegangan tangan ditempat publik, atau duduk bersebelahan selama acara dansa.
Berdasarkan film tersebut, Austen dan Lefroy berencana untuk pergi meninggalkan Hampshire dan membangun hidup yang baru sebagai suami istri. Tetapi semua rencana itu gagal, ketika Jane menemukan surat dari Mrs. Lefroy yang berterimakasih dengan kiriman uang yang diberikan oleh Tom.
Singkat ceritanya, Jane sadar bahwa jika mereka pergi meninggalkan semuanya, maka seluruh seluruh keluarga Lefroy akan terkena imbasnya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk kembali pulang ke keluarganya, dan tidak pernah menikah dengan siapapun, sampai ia meninggal dunia di usianya yang ke 41. Beberapa tokoh meyakini bahwa kisah cintanya dengan Tom Lefroy –lah yang menjadi inspirasi Jane dalam menciptakan 6 karya terpopuler sepanjang masa. Dan Ironisnya, dalam beberapa referensi, disebutkan bahwa Lefroy masih sangat mencintai Jane, hingga ia menamakan anak perempuan pertamanya dengan nama Jane Christmas Lefroy. Meskipun yang lainnya beranggapan bahwa nama ’Jane’ diambil dari nama ibu mertuanya, Lady Jane Paul.
Sedangkan pada beberapa referensi lainnya yang saya baca, tidak pernah diceritakan secara detil apakah mereka memang berencana untuk pergi bersama pada saat itu, atau itu hanya merupakan tambahan cerita di film tersebut untuk lebih mendramatisir.
Yang pasti, Jane Austen-the writer, memiliki kisah hidup yang menarik, dan kisah cinta yang cukup dramatis, sama seperti kebanyakan karakter dalam novelnya.
[caption id="attachment_120637" align="aligncenter" width="300" caption="The sixth of Jane Austen"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H