Hidup ini indah.
Tiap menit dan tiap detiknya patut untuk di pahami, diterima, dan di syukuri. Terlepas dari apapun yang terjadi.
Dan disinilah saya di awal tahun 2015. Duduk di depan televisi dengan pakaian ternyaman saya. Menikmati hawa sejuk yang menyentuh kulit saya sesekali.
Jakarta di bulan Januari adalah favorit saya. Saya bisa memberikan ratusan alasannya.
Tapi rupanya momen favorit saya, tidak selalu menjadi momen favorit bagi saudara saya yang lain.
Contohnya saja, hujan. Siapakah yang tidak mengagumi hujan?
Salah satu bentuk kemurahan hati Tuhan untuk manusia;
Musik alam terbaik untuk menemani tidur anda.
...
Sayangnya tidak semua dari kita bisa menikmati hujan yang membasahi tanah.
Ketika saya (dan mungkin beberapa dari anda) sedang memuja hujan dari balik jendela kamar yang hangat dan nyaman, masih ada saudara dan adik-adik kita yang cemas. Cemas membayangkan
kerugian yang harus kembali ditanggung dari air hujan yang memasuki pintu rumah mereka.
Cemas karena mengkhawatirkan tanah tempat rumah mereka berpijak tidak mampu menahan derasnya hujan yang membasahi tanah.
Beberapa jam sebelum menyambut datangnya tahun yang baru, saya bisa menyebutkan seratus daftar untuk dikeluhkan. Kecewa karna beberapa hal tidak berjalan sesuai dengan saya
inginkan. Marah karena mereka tidak paham dengan apa yang saya inginkan.
Pagi ini saya terbangun lebih awal dari jadwal biasanya.
Ya, tahun ini saya kembali melewatkan hingar bingar tahun baru.
Terbangun oleh suara adzan yang berkumandang, dan selimut yang tersingkap.
Pagi ini udara sangat dingin. dan saya masih memiliki selimut ini yang masih bersedia menjalankan fungsinya.
Saya menyalakan televisi, dan kembali melihat mereka – saudara saya yang lain- sedang memberikan laporan terbaru tentang proses pencarian saudara saya yang lainnya, ditengah lautan.
Ini adalah hari kelima mereka menyampaikan objek berita yang sama.
Pagi ini saya menemukan satu lagi alasan untuk bersyukur.
Saya mencoba untuk mengingat kembali semua kekesalan saya semalam.
Dan tidak satupun yang terlintas dalam pikiran saya.
Siapa sangka kontemplasi dapat terjadi ditengah kemalasan pagi hari?
Pagi ini hujan turun kembali.
Indah, mungkin. Untuk saya, dan mungkin sebagian dari anda.
Dan menjadi bencana, bagi saudara kita yang kurang beruntung.
Hidup ini indah.
Tiap menit dan tiap detiknya patut untuk dipahami, diterima, dan disyukuri. Terlepas dari apapun yang terjadi.
Halo 2015!
Selamat Tahun Baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H