Lihat ke Halaman Asli

Amelia YS

mahasiswa

Ketahui Lebih Dini tentang Hoarding Disorder

Diperbarui: 2 April 2024   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Akhir-akhir ini, kita sering melihat di berbagai platform media sosial tentang kisah yang memiliki kebiasaan menumpuk barang atau bahkan sampah bungkus makanan di dalam kamarnya. Salah satunya seperti video yang diunggah oleh akun tiktok dengan username @martasiahaan98. Video ini dunggah pada 5 Oktober 2023 dan sudah ditonton sebanyak 54,7M kali.

Pada video tersebut menampilkan tentang kisah awal seorang pemilik kos yang heran mengapa koridor bangunan kos miliknya dalam keadaan banjir. Ia telusuri dan ternyata mengarah pada salah satu kamar. 

Saat ditelusuri lebih lanjut ternyata kamar yang menyebabkan banjir tersebut dalam keadaan yang sangat berantaka. Terdapat banyak sekali kemasan minuman yang berserakan di atas lantai yang licin, tempat tidur dalam keadaan rusak dan kotor, dan kamar mandi dalam keadaan pakaian dalam yang menumpuk serta kran yang terus menyala.

Video ini menarik perhatian netizen dan banyak diantara mereka yang mengungkapkan pendapatnya pada kolom komentar. Banyak dari pendapat netizen yang tidak terlalu familiar dengan fenomena ini, mengasosiasikan bahwa gadis dalam video tersebut merupakan seseorang yang malas, tidak mampu untuk menjaga kebersihan, dan merasa jijik akan kamar yang dihuni gadis tersebut. Namun, sebenarnya, kebiasaan tersebut dapat menjadi tanda dari suatu gangguan mental yang dikenal sebagai hoarding disorder.

Dilansir dari artikel yang diunggah pada website Kemenkes, menjelaskan tentang definisi dari hoarding disorder ini. Hoarding disorder merupakan salah satu gangguan mental yang ditandai oleh kecenderungan untuk menumpuk barang-barang dalam jumlah yang berlebihan hingga menciptakan kondisi lingkungan yang tidak sehat dan tidak nyaman. 

Seorang yang mengalami gangguan ini mungkin sulit untuk membuang barang-barang tertentu, bahkan barang-barang yang sudah tidak berguna atau tidak diperlukan lagi seperti kotak pizza atau bungkus makanan. Mereka mungkin merasa terikat emosional dengan barang-barang tersebut, dan proses membuangnya dapat menyebabkan rasa cemas yang berlebih atau bahkan ketidaknyamanan yang sangat besar.

Menurut American Psychiatric Association (2015), memaparkan tentang dua dari 50 orang populasi di dunia mengidap hoarding disorder. Hal ini dapat diartikan sekitar 2 persen dari populasi dunia mengidap penyakit ini, namun 66 persen dari penderita tidak menyadari tingkat keseriusan masalah. 

Gejala dari hoarding disorder  hampir tiga kali lebih lazim atau sering ditemui pada orang dewasa akhir dengan rentang usia 55-94 tahun dibandingkan dengan orang dewasa awal dengan rentang usia 34-44 tahun, meskipun gejala menimbun dapat terlihat sedari kecil.

Penyebab dari hoarding disorder sendiri belum dapat diketahui secara pasti, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami atau menderita ganguan ini yaitu :

  • Mengalami gangguan mental, seperti skizofrenia, gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan depresi.
  • Memiliki keluarga yang juga menderita hoarding disorder.
  • Pernah ditinggalkan oleh orang yang dicintai.
  • Pernah mengalami kesulitan ekonomi.
  • Pernah mengalami kehilangan harta benda akibat kebakaran atau bencana alam

Gejala dari hoarding disorder sendiri meliputi :

  • Lingkungan tempat hidup cenderung dalam keadaan sangat berantakan, sering kali sulit untuk berfungsi secara normal. 
  • Kekacauan ini dapat mencakup ruang hidup, dapur, kamar mandi, dan area lainnya.
  • Penderita hoarding disorder acap kali mengalami kesulitan dalam membuat keputusan tentang apa yang harus dibuang dan apa yang harus disimpan. Mereka mungkin merasa tertekan atau bingung saat dihadapkan dengan pilihan tersebut.
  • Kekacauan di rumah mereka dan perasaan malu terkait kondisi tersebut menyebabkan penderita hoarding disorder cenderung menghindari interaksi sosial dan mengisolasi diri dari orang lain.
  • Mengalami gangguan dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi kekacauan dan kesulitan membuang barang dapat mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari, seperti kesulitan menemukan barang, kesulitan menggunakan ruang yang dimaksudkan untuk tujuan tertentu (misalnya, memasak di dapur), atau bahkan risiko kecelakaan.

Hoarding disorder sendiri memiliki lima tingkat keseriusan (Christiansen, 2020). Tingkat-tingkat ini diklasifikasikan berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh penderita. Berikut ini merupakan tingkatan dari hoarding disorder:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline