Lihat ke Halaman Asli

Amelia Sutanto

MahasiswaFakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

Satu September

Diperbarui: 27 September 2022   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Satu September

Satu September yang layu penuh kelabu
Ketika seorang guru masuk dan berbincang
Bahwa dari sekarang kita harus punya ancang-ancang
Agar esok tidak pincang
Agar hari depan tidak terancam

Satu September yang layu bagai waktu
Ketika ia datang dan menasehati
Memberi jalan agar kita tidak mati
Mati karena menabrak tembok kehidupan
Mati karena kehabisan jalan
Mati karena terseok di persimpangan masa depan

Satu September yang layu layaknya hal tabu
Yang memandang penuh kuyu
Dengan topeng berlapis-lapis
Sedang hati menangis pilu
Dengan tangan mengais-ngais
Walau tak ada satupun tembok yang terkikis

Satu September, oh satu september!
Batin ini menjerit pilu
Termakan sembilu dari hulu
Yang menghujam bersamaan pada satu waktu

Katakan padaku Satu September
Bagaimana bisa aku berjalan
Sedang kaki terpasung semalaman
Sedang mentari yang dinanti tak juga terbit
Sedang masa depan telah lari terbirit-birit

Katakan padaku Satu September
Jalan apa yang kau punya
Agar semua tak lagi terlihat fana
Agar semua menjadi nyata
Agar teraih semua mimpi dalam jiwa

Katakan padaku Satu September
Bagaimana caranya
Mencabik jiwa yang tak berdaya

By: A T

-Hidup adalah hidup, tetap harus dijalani walau seakan membunuh diri sendiri-

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline