Dalam sebuah hubungan yang sah, rasa cemburu adalah hal yang wajar. Beberapa orang mungkin menganggap cemburu adalah sikap berlebihan yang kekanak - kanakan bagaikan 'bucin' (budak cinta) sebuah ungkapan yang di sematkan oleh generasi now untuk orang yang posesif kepada pasangannya.
Ketika dalam kehidupan pernikahan, rasa cemburu harus di bangun, karena sudah terjadi nya sebuah perjanjian pernikahan (ijab qobul) sebagai tanda sah nya sebuah ikatan resmi suami istri dalam membangun romansa rumah tangga.
Jadi sudah halal, sudah ada rasa kepastian saling memiliki satu sama lain dan setia. Rasa setia ini pun harus senantiasa di jaga. Bagaimana cara nya agar pasangan kita setia?.
Selain menerima kekurangan dan kelebihannya, rasa cemburu dapat di gunakan sebagai alarm untuk saling mengingat batasan satu sama lain dalam bersikap kepada lawan jenis selain pasangan kita.
Pasangan saya adalah seorang yang extrovert, supel dan mudah bergaul kepada siapapun, termasuk lawan jenis. Hal ini di awal pernikahan membuat saya merasa cemburu melihat keluwesan pasangan saya terhadap wanita.
Tidak ada niat yang macam - macam, ia supel karena mencoba ramah kepada semua orang. Saya yang introvert, tidak selalu bisa masuk ke dalam pergaulan. Bagaimana cara memulai obrolan, luwes dalam pergaulan, saya tidak memiliki kemampuan seluwes pasangan saya.
Hal ini tadi nya menggangu pikiran saya, namun, tetap saja kita tidak bisa memaksakan diri kita menjadi orang lain. Jika saya tidak luwes, bukan lantas saya tidak bergaul. Saya bergaul dan bicara seperlunya saja. Lambat laun, hal ini tidak lagi mengusik saya. Namun, membuat saya berfikir. Bagaimana agar saya bisa menerima 'dunia'nya.
Rasa cemburu yang awal nya saya tidak bisa komunikasikan dengan baik kepada pasangan. Pelan - pelan saya utarakan dengan jelas. Apa yang saya suka dan tidak. Akhir nya, di suatu waktu, pasangan saya membawa saya untuk melihat 'dunia' pergaulan nya.
Bahwa ini loh begini, kebetulan suami saya seorang public speaker (pembawa acara) di beberapa acara komunitas keagamaan dan organisasi di wilayah kami tinggal, sehingga cukup di kenal.
Ada beberapa acara besar yang seharusnya saya hadir dan dia juga ternyata mengharapkan kehadiran saya di sana. Ternyata ini lah sebab akibat terjadi nya missed persepsi antara kami. Ia ingin saya hadir di beberapa acara yang ia pandu. Sedangkan, saya memiliki kendala lain untuk selalu hadir. Butuh waktu beberapa tahun untuk meluruskan hal ini. Hingga akhir nya hal ini saya sadari sendiri.