Lihat ke Halaman Asli

ameliana t p novianti

GURU KOMPETENSI KEAHLIAN MULTIMEDIA/DKV SMK

Usaha Empek-Empek Ubi Terhenti karena Pandemi

Diperbarui: 10 Februari 2021   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibok Sulas, Penjual Empek-Empek Ubi Yang Terhenti Karena Pandemi (Foto: Dok. Pribadi)

Kulit yang gelap terbakar sinar mentari, peluh keringat membasahi sisi kiri dahi, guratan kerut yang terlihat nyata dibalut dengan pakaian yang seadanya, beginilah sosok dari seorang yang dikenal dengan nama Ibok Sulas yang saya temui pagi hari ini. 

Di masa pandemi sekarang, beliau alih profesi menjadi asisten rumah tangga. Wanita yang selalu tersenyum dan menampilkan barisan gigi yang tidak rata ini kerap bersedia melakukan pekerjaan serabutan juga semisal mencabut rumput liar di halaman rumah tetangganya seperti yang dilakukan pagi ini ketika saya datang dan berbincang dengannya.

Ibok Sulas Kerja Serabutan Mencabut Rumput Dihalaman Rumah Tetangganya (Foto: Dok. Pribadi)

Semasa produktif dahulu, beliau bekerja sebagai guru salah satu sekolah dasar swasta di Pangkalpinang. penghasilan sebagai guru yang dihitung per jam mengajar tak cukup untuk sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. 

Apapun yang bisa menghasilkan uang beliau jual. Sembari melaksanakan tugasnya mengajar kelas rendah (kelas 1 dan 2 SD), ia berjualan dengan menitipkan dagangannya di kantin sekolah. Jika jualannya belum habis sementara siswa kelas rendah sudah pulang, beliau sendiri yang menawarkan dagangannya ke siapapun termasuk orangtua siswa yang menjemput anaknya. 

Beliau tak pernah malu berjualan, toh ini merupakan pekerjaan yang halal, begitu tuturnya.  Beliau memang bukan koki handal tetapi beliau memastikan apa yang dimasak untuk dijual adalah makanan sehat yang mana bahan baku serta bahan penunjangnya tidak membahayakan anak-anak. 

Beliau berjualan nasi kuning yang dibungkus dengan daun pisang dan empek-empek dos (makanan seperti pempek biasanya dibuat dari campuran gandum dan sagu tanpa ikan) tapi Ibok Sulas membuat empek-empek dos dari nasi dicampur sagu. katanya kalau bahannya dari nasi, anak-anak akan kenyang lebih lama. Jika musim buah tiba dan pohon jambu air dibelakang rumahnya berbuah lebat, ia sangat riang karena buah jambu tersebut dapat ia buat manisan dan dijual di sekolah yang sama.

Begitulah sosok Ibok Sulas, teduh, penuh kesabaran, sederhana, dan tak pernah mengeluh.  Wanita berusia hampir enam puluh tahun ini dan suaminya serta anak lelakinya tinggal di pinggiran kota pangkalpinang di sebuah rumah yang sederhana. Suaminya sakit-sakitan yang menyebabkan kehilangan pekerjaan dan pendapatan keluarga. Namun Ibok Sulas tak pernah menyesal menikah dengan suaminya. Baginya semua yang diberikan Tuhan harus disyukuri apapun bentuknya dan bagaimanapun keadaannya.

Kini, seiring usianya yang semakin menua dan kiprahnya sebagai guru SD telah digantikan oleh lulusan sarjana pendidikan sekolah dasar yang lebih muda. Lantas untuk menyambung hidup, beliau  membuka usaha berjualan empek-empek berbahan utama ubi (singkong) dan ikan. Harga jualnya pun murah, satu puntung empek-empek lenjer ukuran sekitar 20cm beliau jual dengan harga lima ribu rupiah namun rasanya lembut dan pecah dilidah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline