"Penciuman adalah jendela pertama manusia mengenal dunia. Dunia ini sesungguhnya dunia aroma."---Aroma Karsa, Dee Lestari.
Berawal dari sebuah ketertarikan karena membaca ulasan singkat di Instagram dan Twitter, akhirnya saya membaca Aroma Karsa, satu-satunya buku karya Dee Lestari yang saya punya.
Saya punya paradigma bahwa karya-karya Dee pasti susah untuk dicerna otak kecil saya, mengingat Seri Supernova yang belum saya baca karena takut dengan bahasa yang berat. Tapi setelah itu, saya juga kagum sama diri sendiri karena berhasil menaklukan novel 700 halaman ini. Dan rasanya, menyenangkan. Dan inilah ulasan saya...
untuk pertama kali melihat buku ini, saya kagum dengan artworknya, covernya beneran cantik! Ditambah gradasi warna pada tulisannya, apalagi hurufnya timbul, itu cukup membuat saya bangga punya buku se-elegan buku ini. Nah, ketika mulai membaca sinopsis yang ada di cover belakang. Begini sinopsisnya:
Dari sebuah lontar kuno, Raras Prayagung mengetahui bahwa Puspa Karsa yang
dikenalnya sebagai dongeng, ternyata tanaman sungguhan yang tersembunyi di tempat rahasia.
Obsesi Raras memburu Puspa Karsa, bunga sakti yang konon mampu mengendalikan kehendak dan cuma bisa diidentifikasi melalui aroma, mempertemukannya dengan Jati Wesi.
Jati memiliki penciuman yang luar biasa. Di TPA Bantar Gebang, tempatnya tumbuh besar,
ia dijuluki si Hidung Tikus. Dari berbagai pekerjaan yang dilakoninya untuk bertahan hidup,
satu yang paling Jati banggakan, yakni meracik parfum.
Kemampuan Jati memikat Raras. Bukan hanya mempekerjakan Jati di perusahaannya,
Raras ikut mengundang Jati masuk ke dalam kehidupan pribadinya. Bertemulah Jati dengan
Tanaya Suma, anak tunggal Raras, yang memiliki kemampuan serupa dengannya.
Semakin jauh Jati terlibat dengan keluarga Prayagung dan Puspa Karsa,
semakin banyak misteri yang ia temukan, tentang dirinya
dan masa lalu yang tak pernah ia tahu.
Nah, dapat saya simpulkan bahwa yang menjadi topik hangat disini adalah Puspa Karsa dan indera penciuman sang tokoh sentral, Jati Wesi. Namun sebelum ke Jati Wesi, Dee mengenalkan pembaca kepada Raras Prayagung salah satu tokoh utama juga, yang dimana saya sangat mengagumi bagaimana Dee membuat saya seolah dekat sekali dengan Raras sampai tau betul bagaimana karakter Raras.
Dengan kepiawaian Dee merakit kata, sudah tidak sadar saja rasanya bahwa saya telah melahap banyak halaman, pemilihan diksi yang sangat pas, yang membuat saya juga kagum dengan kemampuan Dee.
Cerita terus mengalir dengan rasa kagum saya. Sampailah saya di mana bab pengenalan Jati Wesi sendiri. Dari banyak ulasan, banyak pula yang jatuh cinta dengan karakter Jati Wesi. And so do I.
Jati Wesi hidup di TPA Bantar Gebang, dan bekerja menjadi tukang kebun, juga peracik parfum di sebuah kedai parfum yang kecil. Hingga suatu hari ia membuat replika aroma parfum yang menjerumuskan dirinya ke penjara, dan bertemu Raras Prayagung.
Ternyata, aroma parfum yang dibuat Jati Wesi adalah milik Raras, yang dibuat langsung oleh anak semata wayang Raras, yaitu Tanaya Suma. Raras menghukum Jati dengan mempekerjakannya, dan demikianlah cerita bagaimana para tokoh sentral dan utama ini bersatu.
Sejujurnya, ada fase di mana saya merasa ceritanya sangat lama berkembang, seperti saat awal Jati bertemu Suma. Namun, Dee pintar sekali memanfaatkan celah, ada saja hal di bagian itu yang dilakukan Jati Wesi yang sangat mampu membuat saya tidak berhenti untuk membaca.