Lihat ke Halaman Asli

Amelia Lindawati

Saya adalah seorang mahasiswa di salah satu Iniversitas swasta di Surabaya

Bullying Tidak Sedangkal Itu, Ferguzo

Diperbarui: 19 Desember 2023   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masa-masa remaja di sekolah adalah salah satu penentuan arah kualitas seorang anak. Anak dapat bertumbuh dengan baik secara fisik dan mental jika kehidupan di sekolah maupun masyarakat berjalan dengan baik sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangannya. Namun, tidak dapat terelakan bahwa kehidupan bermasyarakat terutama di kehidupan di sekolah juga ada lika-liku permasalahan remaja. Permasalahan yang dialami remaja di sekolah salah satunya adalah Bullying.

Bullying (Sejiwa, 2008) adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya.

Banyak orang yang menganggap kasus bullying adalah kasus kenakalan remaja biasa, bahkan ada yang menganggap bullying sebagai salah satu cara pendewasaan remaja pada tahapan perkembangannya bahkan ada yang menganggap kasus bullying sebagai penyeimbang dinamika kehidupan menuju proses pendewasaan seseorang.

Namun pada kenyataan yang terjadi, kasus bullying bukan hal yang dianggap sepele ,semakin berkembangnya jaman perudungan semakin menjadi momok bagi dunia pendidikan. Data yang di dapat dari Survey Kesehatan Pelajar berbasis Sekolah Global (GSHS) pada tahun 2015 telah menemukan bahwa 20,6% pelajar dari usia 13-17 Tahun melaporkan bahwa mereka pernah mengalami Bullying. Dari data tersebut menyatakan seorang remaja yang mengalami pembullyan tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

Baru-baru ini dalam suatu sekolah SMA swasta, terdapat kasus bullying dimana kasus tersebut seakan-akan di “diamkan” dan terjadi terus menerus, sehingga siswa korban bullying melakukan sesuatu diluar perkiraan semua orang. Seorang siswa telah menusuk temannya menggunakan ujung silet sehingga melukai temannya.

Korban melakukan tindakan tersebut, untuk mempertahankan diri di tengah lingkungan mereka. Seperti dipaparkan oleh para ahli Sigmund Freud bahwa mekanisme pertahanan ego adalah strategi individu untuk mencegah kemunculan dorongan keinginan maupun tekanan yang diberikan agar mengurangi kecemasan korban. (Rahman & Putra, 2009)

Albert Bandura mengajukan bahwa individu belajar melalui observasi dan imitasi. Korban bullying mungkin menginternalisasi persepsi negatif yang diberikan pelaku, memengaruhi cara mereka memandang diri sendiri dan orang lain. (Carole Wade, Carol Tavris, 2007).

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku untuk membully para korbannya, yaitu :

  • Ketidaksetaraan kekuatan
  • Salah satu faktor utama terjadinya kasus bullying adalah adanya ketidaksetaraan kekuatan antara pelaku dan korban. Pelaku cenderung memanfaatkan kelemahan korban untuk mendominasi serta mengendalikan korban.
  • Pengaruh lingkungan keluarga
  • Keluarga yang tidak mendukung dan kurangnya perhatian dari orangtua dapat menjadikan faktor pemicu terjadinya bullying. Anak yang tidak mendapatkan dukungan positif cebderung akan mengeluarkan ekspresi yang merugikan.
  • Adanya tekanan kelompok
  • Dimana adanya tekanan dari kelompok sebaya juga salah satu pemicu perilaku bullying untuk mempertahankan status dalam kelompok tersebut.

Dampak yang terjadi dalam kasus bullying sangatlah luas cakupannya. Remaja yang mengalami kasus bullying lebih beresiko secara fisik maupun mentalnya. Secara fisik, korban bullying akan mengalami lebam, memar hingga luka yang lebih serius pada tubuhnya. Sedangkan secara mental, korban bullying akan mengalami stres, kecemasan, pendiam, depresi yang mengakibatkan perasaan rendah diri, tidak menghargai hidup, penurunan diri (minder) bahkan menarik diri dari kehidupan sosial bahkan sampai pada hal ekstrim mereka ingin mengakhiri hidup mereka.(Harahap & Ika Saputri, 2019)

Dari dampak-dampak tersebut mengakibatkan remaja tidak dapat melaksanakan tahapan-tahapan perkembangannya dengan baik. Para korban bullying mengalami penurunan kepercayaan diri, kecemasan dalam menghadapi hidup yang akhirnya akan mengganggu kesejateraan hidup mereka.

Remaja yang menjadi korban bullying dapat mencari bantuan dan dukungan. Dukungan dapat diperoleh dari orang tua, teman sebaya, guru bahkan konselor sekolah. Untuk mengatasi masalah bullying perlu diadakan kolaborasi dari dukungan dari berbagai pihak terutama sekolah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline